Kupang, NTT (ANTARA News) - Umat Kristen Katolik di Paroki St Yoseph Pekerja Penfui, Kota Kupang, NTT mendoakan para korban dalam serangan teroris di Sarinah, Jakarta Pusat, Kamis (14/1) yang menewaskan delapan orang dan melukai puluhan orang lainnya.

"Terlepa perbuatannya mereka dikutuk karena bertentangan dengan ajaran agama apapun dimuka bumi ini, tetapi mereka terutama yang dijadikan sebagai korban radikalisme untuk misi tertentu adalah manusia biasa yang tak luput dari dosa dan perlu didoakan," kata pastor paroki pada Gereja St Yoseph Pekerja Penfui Kota Kupang, Rm Cornelis Usboko, Pr, ketika memimpin Misa ketiga di Gereja itu, Minggu.

Menurut dia, apa yang dilakukan para terduga teroris di Sarinah, Kamis lalu atau pelaku teroris dibelahan dunia lain di muka bumi ini tidak pernah mengatasnamakan agama tertentu, karena memang agama apapun di di dunia ini tidak pernah, sekali lagi tidak pernah mengajarkan kepada umat, jamaah ataupun pengikutnya untuk bertindak menyimpang seperti membunuh diri dan orang lain dengan cara sadis.

Namun dalam perjalan hidup setiap orang, siapun tidak pernah mengetahui awal hingga akhir hayatnya dan dengan cara apa dia harus menghadap Sang Ilahi, sehingga tidak perlu dipertentangkan, karena bisa saja merupakan pilihan dan penghayatan akan sebuah falsafah hidup, meskipun tidak secara utuh dalam menghayati arti dibalik falsafah itu, sehingga menjadi konyol sendiri.

"Jadi jangan mengkaitkan tindakan teror atau terorisme yang merenggut nyawa pelaku maupun orang lain itu dengan agama tertentu, karena bisa saja salah dan mengganggu tolerani dan kerukunan hidup beragama yang telah terjalin dengan baik di Indonesia ini," katanya.

Aksi terorisme dimanapun termasuk yang terjadi di Sarinah, Jakarta Pusat, Kamis (14/1/2016), bisa dicegah melalui pembinaan yang baik terhadap keluarga dan lingkungan masyarakat.

"Para pelaku teror bom apalagi bom bunuh diri biasanya anak-anak muda yang belum punya pemahaman agama dan ideologi yang kuat, sehingga mejadi tanggunjawab semua pihak, terutama pemuka agama, keluarga dan lingkungan untuk membina dan mengarahkan mereka kepada jalan yang benar," katanya.

Faktor keluarga dan lingkungan menurut dia, menjadi sangat vital dalam mendeteksi dini setiap gerakan-gerakan negatif yang berpotensi jadi gerakan terorisme.

"Kalau di setiap keluarga dan lingkungan bisa memperkuat keamanan baik warganya maupun wilayahnya, tentu aksi-aksi teror seperti itu bisa cepat dideteksi karena biasanya orang yang akan melakukan tindakan terorisme, gerak-geriknya bisa diketahui dengan cepat dan dengan cepat dan tepat pula dicegah atau ditangani," katanya.

Di NTT, misalnya Gubernur Frans Lebu Raya telah meminta Majelis Ulama Indonesia (MUI) untuk bersikap tegas terhadap setiap ormas radikal atau ormas yang mengatasnamakan agama tertentu yang ujung-ujungnya untuk tujuan teror.

"Jangan biarkan ormas-ormas itu ada di NTT supaya NTT tetap aman dan damai," kata Gubernur Frans Lebu Raya saat memberi sambutan ketika membuka Musyawarah Daerah (Musda) MUI ke VIII di Kupang.

Dalam forum Musda yang juga dihadiri Wakil Sekjen MUI Pusat, H Amirsyah Tambunan, Ketua DPRD NTT, Anwar Pua Geno, Ketua MUI NTT H Abdulkadir Makarim dan sejumlah pejabat penting di NTT, gubernur mengatakan, NTT merupakan wilayah yang dihuni masyarakat beragam suku dan agama. Keanekaragaman di NTT, kata Gubernur, sangat luar biasa dan dia sangat bersyukur kepada masyarakat NTT karena mampu menghargai kemanusiaan masing-masing. Perbedaan itu sebenarnya indah, maka harus dihargai dan dihormati.

"Mari jaga perbedaan dan jaga kerukunan di NTT. Kita telah menunjukan kerukunan umat beragama di NTT justru terbaik di Indonesia dan terbukti kita diberikan anugerah oleh pemerintah pusat," ujarnya.

Gubernur yang kini menjabat periode kedua hingga 2018 mendatang itu juga mengatakan, tidak ada agama yang mengajarkan kekerasan. Yang ada mengajarkan tentang kedamaian. Dan kerukunan akan terwujud apabila ada dialog dan komunikasi yang baik dan saling menghargai.

"Mari tetap jaga kerukunan dan toleransi di NTT. Biarkan dunia lain bergerak dengan cara mereka sendiri, tapi kita harus komit untuk jaga kedamaian di NTT. Karena kerukunan dan kedamaian tidak datang sendiri, tapi harus diupayakan," katanya.

Karena itu mari kita terus berupaya untuk jaga kedamaian dan kerukunan di NTT," katanya sambil menambahkan, kejadian di Sarinah (Jakarta) tidak boleh terjadi di NTT.

Pewarta: Hironimus Bifel
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2016