Jakarta (ANTARA News) - Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta, Senin sore, bergerak menguat sebesar 28 poin menjadi Rp13.937 dibandingkan posisi sebelumnya di Rp13.909 per dolar AS.

"Permintaan aset mata uang safe haven seperti dolar AS menyusul anjloknya harga minyak mentah dunia memicu nilai tukar di negara-negara berkembang, termasuk Indonesia mengalami depresiasi," kata Pengamat pasar uang Bank Himpunan Saudara, Rully Nova di Jakarta, Senin.

Menurut dia, penurunan harga minyak mentah dunia itu berimbas ke negara-negara penghasil komoditas. Indonesia merupakan salah satu penghasil komoditas, situasi itu dikhawatirkan dapat memicu penerimaan fiskal negara menurun.

"Menurunnya penerimaan fiskal dikhawatirkan dapat menahan laju ekonomi domestik pada tahun ini," katanya.

Harga minyak mentah jenis WTI Crude pada awal pekan ini (Senin, 18/1) terpantau bergerak turun 0,32 persen menjadi 29,10 dolar AS per barel, sementara minyak mentah jenis Brent Crude melemah 1,21 persen ke level 28,59 dolar AS per barel.

Analis PT Platon Niaga Berjangka Lukman Leong menambahkan bahwa pada pekan ini, rilis data produk domestik bruto (PDB) Tiongkok pada kuartal empat 2015 akan menjadi sorotan pelaku pasar uang.

"Diprediksi, ekonomi Tiongkok akan menunjukkan pertumbuhan tahunan yang masih melambat, situasi itu tentu juga akan menjadi sinyal perlambatan ekonomi di negara berkembang," katanya.

Di sisi lain, lanjut dia, adanya potensi normalisasi suku bunga bank sentral Amerika Serikat (Fed fund rate), membuat investor di pasar uang masih berhati-hati dalam melakukan akumulasi pada aset mata uang berisiko.

Sementara itu, dalam kurs tengah Bank Indonesia (BI) pada hari Senin (18/1) mencatat nilai tukar rupiah bergerak melemah menjadi Rp13.931 dibandingkan hari sebelumnya (15/1) di posisi Rp13.886 per dolar AS.

Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2016