Poso, Sulteng (ANTARA News) - Kepolisian Sulawesi Tengah yang tergabung dalam operasi Tinombala 2016, berupaya memberikan pengamanan dan menjaga aktivitas warga yang umumnya berprofesi sebagai petani kebun di dua desa di Sulteng pascakontak senjata dengan teroris Santoso.

Pascakontak senjatad antara aparat gabungan TNI-Polri dan kelompok teroris Santoso di Desa Tounca dan Desa Padalembara, Kecamatan Poso Pesisir, Kabupaten Poso, puluhan warga setempat merasa takut beraktivitas.

Kepolisian gabungan dari satuan Brimob Polda Sulteng dan Brimob BKO Kelapa Dua Mabes Polri pada Senin (18/1) kembali menggelar patroli dan penyisiran di wilayah Desa Tounca dan Desa Padalembara.

Patroli dilakukan secara rutin untuk memberikan rasa aman bagi warga setempat dalam beraktivitas di kebun yang lokasinya di sekitar lokasi kontak senjata beberapa waktu lalu dengan menewaskan satu orang terduga teroris.

Nengah Mopu (50) petani warga Desa Padalembara mengaku sejak terjadinya kontak senjata, dirinya bersama puluhan warga lainnya masih mengalami trauma untuk mengambil hasil panen seperti coklat dan durian. Aktivitas dibatasi hanya untuk kebun yang berada tidak jauh dari rumah.

"Setelah kontak senjata, kami merasa takut untuk berkebun apalagi keluar rumah di malam hari. Namun dengan adanya pengamanan dari kepolisian rasa takut sedikit berkurang, walaupun lokasi tidak boleh jauh dari rumah," ungkapnya.

Sementara itu Kapolres Poso AKBP Ronny Suseno di Poso membenarkan upaya pengamanan serta jaminan rasa aman warga tetap menjadi prioritas utama dalam pelaksanaan pengejaran kelompok teroris pimpinan Santoso.

Ia juga mengakui, sebagian warga dalam kondisi trauma pascakontak senjata sehingga pihaknya terus meningkatkan kegiatan patroli di lokasi setempat.

"Kalau untuk menjaga masyarakat dari dulu kita terus lakukan, kita melakukan pengawalan bagi warga yang lokasi kebunnya jauh," ujarnya.

Pewarta: Fauzi
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2016