Simon-Kucher Pricing Stress Test mengungkapkan kalau banyak perusahaan di Asia kehilangan banyak profit. Dengan kenaikan harga marjinal sebesar dua persen saja, lima negara ASEAN berpotensi meraup total profit mencapai sembilan miliar dolar AS

 

SINGAPURA--(Antara/BUSINESS WIRE) -- Menyambut diberlakukannya masyarakat ekonomi ASEAN (MEA), sangat penting bagi perusahaan-perusahaan untuk mencari sumber pemasukan baru demi memaksimalkan profit. Saat ini, terdapat lima negara ASEAN (Singapura, Malaysia, Thailand, Indonesia, dan Filipina) yang harus kehilangan lebih dari sembilan miliar dolar AS karena mereka ragu untuk mengimplementasikan sedikit kenaikan harga. Hal ini merupakan temuan dari ASEAN Pricing Stress Test 2016 yang dilakukan oleh Simon-Kucher & Partners. Lembaga konsultan strategi dan pemasaran global ini menganalisa sekitar 1200 perusahaan publik di kawasan ini, yang bergerak di industri konsumen & ritel, manufaktur, migas, konstruksi, dan kimia. "Banyak perusahaan yang tidak menyadari betapa besarnya potensi dari sedikit kenaikan harga," ungkap Managing Partner, Simon-Kurcher & Partners Singapura, Dr. Jochen Krauss.

 

Berpotensi melipatgandakan profit

Dengan asumsi kenaikan harga sebesar dua persen, 80 persen perusahaan responden berpotensi meraup profit hingga dua digit. Artinya, 14 persen perusahaan-perusahaan yang kini tidak mereguk profit dapat memasuki (kembali) kondisi dimana mereka berpotensi meraih profit. Namun temuan tak hanya sampai disitu, 11 persen perusahaan responden bahkan dapat mendapatkan profit lebih dari yang telah dilipatgandakan. "Sedikit penyesuaian harga sebesar dua persen saja bahkan dapat berdampak profit yang luar biasa," ujar Krauss. "Hal itu bahkan telah terbukti di perusahaan-perusahaan dengan marjin profit yang lebih kecil."

 

Singapura dan Thailand tunjukan prospek profit terkuat

Statistik performa negara menunjukan kalau Singapura dan Thailand menjadi dua negara dengan potensi pertumbuhan profit rata-rata terbesar yang mencapai 45 persen. Tepat di belakang mereka adalah Filipina dengan prospek mencapai sekitar 30 persen. Artinya, potensi pertumbuhan rata-rata untuk kelima negara ASEAN adalah 42 persen. "Itu berarti kelima negara tersebut kehilangan terlalu banyak uang yang seharusnya mereka dapatkan," sambung Senior Consultant Simon-Kucher, Simone Lambrich. "Banyak perusahaan cenderung beranggapan untuk meningkatkan profit ialah dengan optimalisasi anggaran. Namun, yang tidak mereka sadari adalah, hal itu ada batasnya dan berpotensi menganggu laju pertumbuhan dan inovasi. Kenaikan harga lebih menguntungkan dibandingkan efisiensi anggaran."

 

Perspektif industri menekankan seberapa besarnya manfaat yang berpotensi didapat perusahaan-perusahaan dari peningkatan harga marjinal. Peningkatan profit tertinggi ditunjukan oleh industri kimia (45 persen), diikuti oleh konstruksi (44 persen), dan konsumen & ritel (43 persen). "Sekaranglah momen yang tepat bagi jajaran eksekutif untuk menyadari kalau penetapan harga lah yang menjadi faktor pengerek profit dan pendekatan sistematis yang paling efektif, dan memperkuat pendapatan bruto perusahaan," ujar Krauss. "Perusahaan-perusahaan dapat memulai langkah optimalisasi marjin mereka dengan mengimplementasikan berbagai inisiatif bisnis jangka pendek. Simon-Kucher mendukung perusahaan-perusahaan dalam mengidentifikasi dan mengimplementasikan pengukuran penetapan harga dan penjualan yang sesuai dengan kebutuhan korporasi."

 

Artikel lengkap

 

Dr. Jochen Krauss adalah Managing Partner Simon-Kucher & Partners Singapura. Simone Lambrich adalah Senior Consultant di Simon-Kucher.

 

Baca versi aslinya di businesswire.com:

http://www.businesswire.com/news/home/20160114006506/en/

 

Kontak

 

Simon-Kucher & Partners

Monika Glory Setiastari

monika.glory@simon-kucher.com

+65 6341 9027

www.simon-kucher.com

 

 

Sumber: Simon-Kucher

 

Pengumuman ini dianggap sah dan berwenang hanya dalam versi bahasa aslinya. Terjemahan-terjemahan disediakan hanya sebagai alat bantu, dan harus dengan penunjukan ke bahasa asli teksnya, yang adalah satu-satunya versi yang dimaksudkan untuk mempunyai kekuatan hukum.

Pewarta: PR Wire
Editor: PR Wire
Copyright © ANTARA 2016