Masyarakat adat Sakai suku asli di Provinsi Riau, lama terkenal karena kekuatan fisik yang seringkali dikaitkan dengan hal-hal mistik.

Wartawan Antara pada awal Januari berkunjung ke perkampungan Suku Sakai di daerah Sebango, tepatnya di Desa Kusumbo Ampai Kecamatan Mandau, Kabupaten Bengkalis. Di Dari tempat itulah, warga setempat  mengungkapkan ramuan yang disebut "Urek Petoga".

"Urek Petoga ini menjadi ramuan yang sejak dulu selalu diberikan pada setiap bayi. Karena itu, anak-anak kami berbadan kencang dan kuat," kata Amri, warga Desa Kusumbo Ampai.

Bahkan, Amri mengatakan urek petoga juga menjadi semacam obat kuat yang menambah vitalitas organ seksual kaum pria. Artinya, urek petoga tidak ubahnya seperti viagra untuk laki-laki, namun ini ramuan alami yang diwariskan turun-temurun dari nenek moyang mereka dan semua bahannya dihasilkan dari hutan.

"Jadi, untuk lelaki yang impotensi atau belum memiliki keturunan, bisa menggunakan ramuan ini dan selama ini manjur. Saya saja sudah punya empat anak," kata Amri lalu tertawa.

Amri menjelaskan, ramuan urek petoga terdiri dari delapan jenis tanaman hutan. Yang paling utama adalah akar dari pohon petoga, berbentuk tipis seperti akar beringin namun sangat keras.

Bahan baku lainnya ada kayu dolik, kayu danto, serta beberapa macam rotan seperti rotan batu, lantai, sogo dan rotan gemantan.

"Kalau untuk bayi, delapan bahan itu semua direbus dalam air dan digunakan untuk mandi. Usapkan merata ke seluruh tubuh anak kita supaya badannya kuat," katanya.

Namun, ketika digunakan sebagai obat kuat lelaki, ramuan urek petoga memerlukan bahan tambahan berupa kapur sirih. Amri mengatakan semua bahan ramuan itu disatukan dan kemudian dimakan mentah-mentah.

"Minum semuanya selama tiga hari berturut-turut, namun harinya harus pas pada 13 hari bulan. Artinya, diminum sesaat sebelum bulan purnama penuh," ujarnya.

Ada satu lagi syarat yang perlu dipenuhi saat mengonsumsi ramuan urek petoga, "Waktu minum kita harus duduk di atas besi. Pada zaman dulu kami gunakan batu yang sangat keras disebut batu besi," katanya.

Meski begitu, Amri mengatakan ada pantangan yang harus dihindari (pantangan) kaum pria agar ramuan itu berkhasiat. "Pantangannya jangan makan terong, daun genjer dan bekatul," ujarnya.

Ia mengatakan ramuan urek petoga tersebut kini terancam punah karena hutan sebagai sumber bahan baku makin menipis. Bahkan, ia mengatakan dari hutan adat seluas 300 hektare yang tersisa di desa itu hanya terdapat empat tanaman untuk ramuan urek petoga.

"Untuk melengkapi delapan bahan, saya mencarinya sampai hutan di daerah Minas. Makin sulit mencari bahan-bahannya," tutup Amri.


Pewarta: FB Anggoro
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2016