Jerusalem (ANTARA News) - Seorang gadis asal Palestina berusia 13 tahun ditembak mati setelah mencoba menusuk seorang petugas Israel di permukiman Tepi Barat pada Sabtu.

Peristiwa itu yang terkini dalam serangkaian serangan berdarah dalam beberapa bulan, kata polisi.

Banyak di antara penyerang itu masih berusia muda dan tewasnya sebagian dari mereka di tangan pasukan Israel memicu pertanyaan di dalam dan luar negeri.

Polisi mengatakan Roqaya Abu Eid merasa ingin bunuh diri setelah bertengkar dengan keluarganya dan kabur dari rumahnya di desa Anata, Tepi Barat, dengan menggenggam pisau dapur. Ia berlari menuju penjaga keamanan di wilayah Anatot.

"Dia menggenggam pisau dan berniat mati," kata juru bicara kepolisian, Luba Samri, dalam pernyataan, seperti dilaporkan AFP.

"Petugas menembak, membuatnya luka parah dan pihak kesehatan menyatakan dia tewas beberapa saat setelah itu," tambahnya.

Kepolisian mengatakan ayahnya yang sedang mencari anaknya di wilayah sekitar itu, datang terlambat ke tempat kejadian perkara.

Ia pun diperiksa untuk mengetahui apakah dirinya mengetahui tujuan anaknya, Roqaya. Namun, ia kemudian dibebaskan.

Pejabat palestina mengatakan pihak Israel memulangkan jenazah sang gadis untuk dimakamkan oleh keluarganya.

Media Israel mengatakan Roqaya akan dimakamkan pada Minggu di desa Yatta, bagian selatan Tepi Barat yang merupakan tempat asal keluarganya.

Sebanyak 156 warga Palestina dan 24 warga Israel tewas terbunuh dalam serangan yang terjadi selama tiga bulan, demikian menurut penghitungan media.

Sebagian besar warga Palestina yang terbunuh melakukan serangan dan kebanyakan di antara mereka masih berusia muda termasuk para remaja.

Sementara itu, remaja lain seusia Roqaya, tewas dalam bentrokan dengan pihak militer dan kepolisian di Tepi Barat. Tapi, Roqaya diperkirakan, sebagai remaja termuda yang terbunuh dalam serangan.

Pada November, polisi di Jerusalem menembak mati seorang gadis Palestina berusia 16 tahun dan temannya yang berusia 14 tahun terluka parah. Kedua remaja perempuan itu menusuk dan melukai seorang manula di sebuah pasar.

Pada bulan sama di wilayah Pisgat Zeev, bagian timur Yerusalem, dua lelaki Palestina berusia 12 dan 14 tahun menyerang penjaga keamanan dengan pisau, ujar kepolisian.

Anak lelaki yang paling muda di antara keduanya yang berasal dari kamp pengungsian Shuafat di Israel itu tertembak dan terluka parah sementara satunya ditangkap.

Murad Ideis, 15, yang dituduh menusuk dan menewaskan seorang perawat dan ibu enam orang anak asal Israel berusia 38 tahun di rumahnya yang berada di wilayah Tepi Barat pada Minggu lalu, telah ditangkap dalam sebuah penggerebekan di rumah keluarganya.

Anak-anak

Sementara itu, anggota parlemen dari Arab Israel, Essawi Frej yang berasal dari pihak oposisi, Partai Meretz, mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa, daripada dibunuh, Roqaya Abu Eid seharusnya dapat ditahan.

"Meskipun jika dia membawa sebilah pisau, seharusnya memungkinkan untuk menangkap seorang perempuan seusianya," katanya.

Dia mengacu kepada Menteri Luar Negeri Swedia, Margot Wallstrom yang membuat marah Israel saat dia menuntut penyelidikan yang menyeluruh dan kredibel terhadap warga Palestina yang terbunuh di tangan pasukan Israel dalam serangkaian serangan sejak 1 Oktober lalu.

Dia juga meminta pihak Israel untuk menghentikan apa yang dia sebut sebagai eksekusi di luar hukum untuk menanggapi serangan pisau dari warga Palestina.

Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menyangkal komentar itu dan menyebutnya bodoh dan tidak bermoral, namun Frej mengatakan dia memiliki poin yang valid.

"Netanyahu seharusnya memeriksa apa yang terjadi di negaranya dan bagaimana para anak-anak tersebut dibunuh tanpa diadili terlebih dahulu," kata dalam pernyataan tertulisnya.
(Uu.Ian/KR-MBR)


Editor: Heppy Ratna Sari
Copyright © ANTARA 2016