London (ANTARA News) - Forum Kelompok Penasehat Keislaman Indonesia-Inggeris atau RI-UK Islamic Advisory Group (UK-IAG), yang dibentuk atas kesepakatan PM Inggris Tony Blair dan Presiden Susilo Bambang Yudoyono saat berkunjung ke Indonesia Maret 2006, telah menyepakati empat program. "Keempat program itu yaitu pertukaran imam dan khatib, penerjemahan karya-karya Indonesia ke dalam bahasa Inggris, dialog antar agama dan mengisi waktu luang pelajar" ujar Ketua Forum Indonesia UK Islamic Advicory Group (UK-IAG), Prof Dr Azyumardi Azra, kepada ANTARA di London, Minggu. Kunjungan mantan Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta itu ke Inggris kali ini adalah dalam rangka menindaklanjuti pertemuan pertama anggota forum Indonesia-UK IAG yang berlangsung 28-31 Januari lalu. Forum Indonesia UK-IAG dibentuk dari hasil kesepakatan PM Blair dengan Presiden Yudhoyono, saat berkunjung ke Indonesia Maret lalu bertujuan memperkenalkan wajah Islam yang damai kepada dunia Barat. Tujuh tokoh yang tergabung dalam UK Islamic Advisory Group (IAG) dari Indonesia diketuai Azyumardi Azra dengan anggota KH Ahmad Hasyim Muzadi, Prof Dr Din Syamsuddin, Prof Marwah Daud Ibrahim, Prof Dr Nasaruddin Umar, Abdul Muf`ti, Yenny Zannuba Wahid. Sementara pemerintah Inggris, menunjuk tokoh mereka yaitu Asim Siddiqui, Mishal Husain, Shyakh Muhammad Bilal Abdallah, Dr Musharraf Hussain, Yusuf Islam dan Moulana Shahid Raza. Secara rinci Azyumardi mengatakan dalam pertemuannya dengan Ketua Forum UK IAG Inggris, Dr Musharaf Hussain dari Karimia Institute Nottingham bersama Counsellor untuk Information and Sosial Cultural KBRI London, Pribadi Sutiono disepakati pertukaran imam dan khatib sebanyak 12 orang dari Inggris dan 12 dari Indonesia. Program pertukaran ini pertama akan dilaksanakan di Indonesia dimana Inggris akan mengirimkan sebanyak 12 khatib dan imamnya selama dua minggu yang ditempatkan di lembaga-lembaga Indonesia, seperti Universitas Islam Negeri (UIN) Jakarta dan berbagai pesantren di Jakarta. Bila dana memadai maka ke- 12 imam dan khotib dari Inggris itu juga akan dikirim ke berbagai pesantren di luar Jakarta, ujarnya, seraya menambahkan setelah itu para iman dan khatib dari Indonesia ke Inggris yang menjadi tamu IAG Inggris. Program kedua adalah penerjemahkan buku buku atau karya-karya Indonesia seperti buku hasil tim penanggulangan terorisme MUI. Saat ini sedang diinventarisasi buku buku dan leaflet tentang Islam dan demokrasi, Islam dan kedudukan perempuan yang dihasilkan oleh lembaga di Indonesia untuk diterjemahkan kedalam Bahasa Inggris. Dikatakannya, program lainnya yang disepakati yaitu masalah Inter faith Dialog yang akan diselenggarakan bersama- sama dan dimulai di Indonesia. "Inter-faith dialog ini ada dua," ujarnya yaitu antar umat Islam sendiri dan antara Islam dengan agama lainnya. Tujuannya adalah untuk meningkatkan kapasitas di kalangan kaum muslim di Inggris untuk membuat dialog yang akan dikembangkan dalam program pelatihan bagi pelatih atau "training of trainer" yaitu melatih orang orang yang akan mengembangkan dialog lebih lanjut. Sementara program keempat adalah memanfaatkan waktu luang para pelajar Inggris yang dikenal dengan "Years Gap" dan Indonesia dimana pertukaran pelajar akan disesuaikan dengan kalender akademi. Menurut Prof Azyumardi Azra, di pihak pemerintah Indonesia khususnya Departemen Luar Negeri telah mengalokasikan dana , sementara forum UK IAG tengah menanti konfirmasi dari Departemen Luar Negeri Inggris. "Untuk Indonesia tidak ada masalah," ujarnya. Hasil tindak lanjut Forum Indoensia UK IAG itu disampaikan dan didiskusikan Azyumardi Azra bersama organisasi kemasyarakatan di Inggris seperti PB NU, Muhamadiyah, Ikatan Cendekiawan Muslim Indoensia (ICMI) London dan Wakil British Council Indonesia Aidinal Alrashid serta Atase Pendidikan KBRI London Muhammad Rizza Sihbudi. (*)

Copyright © ANTARA 2007