Kita tidak boleh kecolongan lagi seperti kejadian di Depok beberapa hari lalu"
Jakarta (ANTARA News) - Gerakan Pemuda (GP) Ansor siap menjadi pelopor pencegahan propaganda paham radikalisme melalui dunia pendidikan, terutama usia dini, kata Sekjen GP Ansor Adung Abdurrochman.

GP Ansor akan berkoordinasi dengan lembaga terkait seperti Kemendikbud dan Kemenag untuk mencegah masuknya paham radikalisme melalui buku-buku pelajaran, terutama pada Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) dan Taman Kanak-kanak (TK).

"Kita tidak boleh kecolongan lagi seperti kejadian di Depok beberapa hari lalu," kata Adung di Jakarta, Jumat.

Beberapa hari lalu GP Ansor menemukan buku-buku pelajaran untuk PAUD/TK yang disisipi paham radikalisme. Di dalam buku berjudul "Anak Islam Suka Membaca" itu terdapat 32 kalimat yang mengarahkan kepada tindakan radikalisme di antaranya sabotase, gelora hati ke Saudi, bom, sahid di medan jihad, hingga cari lokasi di Kota Bekasi.

Kemudian ada juga kalimat dan kata-kata yang mengandung radikalisme seperti rela mati bela agama, gegana ada di mana-mana, bila agama kita dihina kita tiada rela, basoka dibawa lari, selesai raih bantai kiai, dan kenapa fobia pada agama.

Ada lima jilid buku yang ditemukan. Buku-buku itu sudah dicetak sejak 1999 dan sudah mencapai cetakan ke-167.

"Penyebaran buku itu sudah berlangsung lama sehingga dibutuhkan kerja sama dan ketelitian dalam melakukan pemantauan," kata Adung.

GP Ansor meminta seluruh kader di seluruh Indonesia untuk menjaga buku-buku pelajaran yang digunakan anak-anaknya di sekolah, terutama yang masih di PAUD. Selain itu juga memantau lingkungan sekitar dan berkoordinasi dengan dinas terkait untuk mengontrol buku-buku yang digunakan di TK dan PAUD.

Adung menegaskan, bila tidak dilakukan tindakan segera, GP Ansor khawatir efek penyebaran buku yang mengandung paham radikalisme ini akan sangat besar. Apalagi mereka menyasar anak-anak usia dini sehingga perlu tindakan masif untuk memberantasnya.

"Bayangkan, di jilid lima ada kata seperti bantai kiai. Dalam analisa kami, buku ini dirancang untuk indoktrinasi dan inideologisasi. Mereka berusaha menanamkan ideologi keras sejak dini sekaligus menggambarkan ideologi penulis buku itu," katanya.

Adung bersyukur setelah ada imbauan dari GP Ansor, Kemendikbud melalui Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini dan Pendidikan Masyarakat langsung mengeluarkan edaran untuk menarik buku-buku itu. Bahkan Mendikbud Anies Baswedan mengancam akan mencabut izin sekolah bila masih ditemukan penggunaan buku-buku tersebut.

Mendikbud juga meminta agar penulis buku dan penerbitnya diekspose ke publik. Menurutnya, penulis dan penerbitnya harus diperiksa agar mereka ikut bertanggung jawab kepada publik.

Pewarta: Sigit Pinardi
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2016