Jakarta (ANTARA News)- Duta Besar (Dubes) Kuwait untuk Indonesia, Muhammad Fadel Khalaf, menyatakan bahwa banyaknya musibah berupa bencana alam yang melanda Indonesia dalam beberapa tahun terakhir ini sangat mempengaruhi minat pengusaha dari negara Timur Tengah (Timteng) itu untuk menanamkan modalnya di Indonesia. "Saya sendiri memang tidak setuju dengan pandangan seperti ini, karena seakan membayangkan bahwa wilayah Indonesia ini kecil. Kalau sudah ada bencana yang melanda satu daerah, maka Indonesia di mata pengusaha tersebut sudah kena dampak yang sangat hebat," ujarnya dalam wawancara di kantornya di Jakarta. Ia mencontohkan, pada waktu terjadi gempa yang diikuti oleh tsunami di Aceh pada 26 Desember 2004, banyak masyarakat dan pengusaha di Kuwait melihat Indonesia sudah lumpuh total, karena banyak korban yang berjatuhan. Dikatakannya, masyarakat dan pelaku bisnis di Timur Tengah, khususnya Kuwait membayangkan wilayah Indonesia tersebut seperti negara mereka, sehingga apabila ada suatu daerah yang terkena musibah maka seakan-akan wilayah tersebut lumpuh. Kondisi tersebut diperparah dengan serentetan musibah lainnya melanda Indonesia setelah tsunami di Aceh, seperti gempa di Nias dan Yogyakarta, tsunami di Pangandaran, longsor, banjir di ibukota serta berbagai kecelakaan laut dan udara juga menyurutkan minat para investor untuk melirik Indonesia, katanya. Untuk itu, Pemerintah Indonesia harus lebih banyak mempromosikan Indonesia di Timur Tengah, khususnya melalui siaran televisi setempat dengan menyorot objek wisata tertentu yang menarik minat masyarakat Timur Tengah, ujarnya. "Malaysia melalui TV CNN dan TV lokal di Indonesia sering melakukan promosi wisata kuliner masakan Timur Tengah, China, India dan Melayu yang ada di negara tersebut. Di Kuala Lumpur sendiri misalnya ada area tertentu yang disebut dengan Middle East Corner yang menggambarkan suasana seperti di Timur Tengah, sehingga para wisatawan dari Timur Tengah yang berkunjung merasa berada di negara mereka sendiri," tambahnya. Ia mengatakan, langkah promosi tersebut juga perlu dilakukan oleh Indonesia bila ingin menggiat pengusaha dari Timur Tengah, khususnya Kuwait, datang ke Indonesia. Menyinggung masalah perdagangan antara Indonesia dan Kuwait, Khalaf mengungkapkan ketidakpuasannya terhadap kondisi perdagangan sekarang ini walaupun Kuwait di tahun 2006 masih mencatat surplus dalam nilai transaksi perdagangan. "Saat ini komoditas dari negaranya yang masuk ke pasar Indonesia lebih banyak didominasi oleh produk minyak dan gas yang lebih dikenal sebagai produk yang tidak dapat diperbaharui," katanya. Indonesia, menurut dia, merupakan importir ke empat terbesar bagi Kuwait untuk produk bahan kimia etilen, kantong kertas and minyak serta gas dengan nilai perdagangan sekitar 170,14 juta dolar AS, sementara nilai ekspor Indonesia ke negara tersebut tercatat sekitar 108,25 juta dolar AS tahun 2006. Bila dilihat dari nilai perdagangan, jelas kondisi ini sangat menguntungkan Kuwait, karena ada surplus, katanya. "Saya takut justru komoditas yang berkaitan dengan minyak dan gas tentu ada batasnya bila eksplorasi atas sumber daya alam terus berjalan. Bila sumber ini habis, tentunya ini merupakan bencana," tambahnya. Oleh karena itu, pihaknya lebih menitikberatkan pada usaha untuk menarik pengusaha Kuwait untuk menanamkan modalnya di sektor perminyakan di Indonesia sebagaimana yang sudah dilakukan oleh Perusahaan Ekplorasi Minyak Asing Kuwait (KUFPEC) yang membuka kantor cabang perusahaan tersebut di Indonesia, katanya. KUFPEC memiliki tiga proyek eksplorasi minyak di Indonesia yakni di Pulau Seram, Natuna dan Blora. Dikatakannya, masuknya perusahaan minyak Kuwait di Indonesia merupakan mimpinya. Bila memungkinkan, lebih banyak lagi perusahaan dari negaranya mau datang ke Indonesia untuk melakukan investasi dalam berbagai sektor. Sementara itu, di sektor perbankan, masih ada tantangan yang dihadapi yakni belum diperkenankannya bankir asing untuk memiliki 100 persen modal usaha mereka di Indonesia, katanya. Di Malaysia, bankir dari Kuwait bisa memiliki 100 persen atas modal usaha yang dilakukannya di negara tersebut, katanya. "Kehadiran Bank Kuwait di Malaysia memberi dampak positif terhadap minat pengusaha dari Timur Tengah untuk melakukan investasi di negara tersebut," demikian Muhammad Fadel Khalaf. (*)

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2007