Jakarta (ANTARA News) - Seorang petembak jitu atau sniper dari pasukan khusus Inggris Special Air Service (SAS) meledakkan kepala seorang komandan ISIS selagi mengajarkan cara memenggal tawanan kepada 20 rekrutan baru ISIS, dari jarak satu kilometer lebih.

Komandan ISIS itu sedang berada di tengah lingkaran untuk mengajarkan para petempur baru ISIS bagaimana menggunakan pisau, kapak dan pedang untuk memenggal tawanan, lapor Daily Express.

Keduapuluh rekrutan baru ISIS itu menyaksikan bagaimana peluru dari jarak jauh itu menimpa kepala si komandan ISIS.

Sniper SAS yang beroperasi di Suriah utara itu menggunakan senapan 338 Lapua Magnum dengan peluru khusus yang bisa menciptakan lubang besar begitu menimpa tubuh manusia.

Serdadu berpenutup kepala itu mengunci sasarannya dari jarak 1.200 meter untuk kemudian menembak sasarannya itu.

Sniper SAS ini dibantu oleh belasan serdadu SAS lainnya yang berhasil menyusup ke garis belakang ISIS sebelum tembakan dilepaskan.

SAS bergerak ke lokasi itu setelah mendapatkan informasi dari para agen dinas rahasia Inggris M16 mengenai kamp pelatihan teroris itu.

Tim penyergap SAS ini dibagi ke dalam dua grup.

Sebuah grup terdiri dari delapan orang bersenjatakan senapan khusus yang biasa digunakan sniper, senapan mesin dan peluncur granat, sedangkan satu grup lainnya terdiri dari 12 serdadu memantau dari belakang dan berlaku sebagai tim cadangan jika operasi eksekusi ISIS itu gagal.

"Sejenak dia (komandan ISIS itu) masih berdiri, dan setelah itu kepalanya pecah. Komandan itu masih tetap berdiri selama beberapa detik sebelum tumbang dan saat itulah timbul kepanikan. Kami melihat rekrutan-rekrutan ISIS itu berlarian. Kami robohkan ke-21 teroris itu masing-masing dengan satu peluru," kata seorang sumber militer seperti dikutip International Business Times.

Menyusul serangan teror di Paris pada November 2015, parlemen Inggris mendukung perluasan serangan udara Inggris dari Irak ke Suriah.

SAS juga berada di Yordania dan Turki untuk melatih pasukan pemberontak Suriah yang tengah berjuang melawan rezim Bashar al-Assad, selain juga memerangi ISIS.

SAS juga sedang bersiap untuk gugus tugas multinasional gabungan untuk memerangi ISIS di Libya.

Kendati berencana menerjunkan pasukan darat ke Libya, koalisi pimpinan AS harus menunggu Libya membentuk parlemen baru yang bisa memberi lampu hijau kepada pasukan Barat untuk menyerang ISIS di benteng pertahanannya di kota Sitre.


Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2016