Jakarta, 1 Maret 2007 (ANTARA) - PT Antam Tbk (ASX - ATM; JSX ANTM) mengumumkan laba bersih konsolidasi yang belum diaudit sebesar Rp1,559 triliun (US$173 juta) dan laba bersih per saham dasar (earnings per share, EPS) sebesar Rp817 untuk tahun buku yang berakhir tanggal 31 Desember 2006. Hal ini merupakan peningkatan dibanding laba bersih yang belum diaudit sebesar Rp842 miliar, atau US$87 juta dengan EPS sebesar Rp441 untuk tahun buku 2005. Pendapatan konsolidasi Antam meningkat menjadi Rp5,566 triliun, atau US$617 juta, merupakan peningkatan sebesar 69% dibandingkan dengan pendapatan konsolidasi Rp3,287 triliun, atau US$364 juta di tahun 2005. Peningkatan tersebut sebagian besar disebabkan oleh kenaikan jumlah volume penjualan dan kenaikan harga jual feronikel. Walaupun dalam skala lebih kecil, peningkatan pendapatan juga disebabkan oleh kenaikan harga produk-produk lain Antam dan juga peningkatan volume penjualan dan bijih nikel kadar tinggi. Sebagaimana tahun-tahun yang lalu, divisi nikel dan emas merupakan kontributor terbesar untuk pendapatan Antam. Secara keseluruhan, pendapatan dari produk-produk nikel – dimana 100% untuk ekspor - menyumbang 84% dari pendapatan di tahun 2006 sementara di tahun 2005 segmen tersebut menyumbang 76% dari pendapatan. Sementara itu, sumbangan divisi emas di tahun 2006 berkurang menjadi 11% dari total pendapatan dibanding16% di tahun 2005.
 200420052006Kenaikan (%)
(Audit)(Audit)(Tidak Diaudit) 05/0406/05
Pendapatan2.8583.2875.5661569
Harga Pokok Penjualan1.4981.8272.8202254
Beban Operasi264324298 23-8
Laba Operasi1.0971.1362.4484 115
Laba Bersih8108421.5594 85
Arus Kas Operasi Bersih7647911.4464 83
Belanja Modal1.3641.311127-4 (90)
Arus Kas Bebas (Free Cash Flow)(600)(520)1.320N/AN/A
Pendapatan Pendapatan dari feronikel meningkat tajam sebesar 177% menjadi Rp2,731 triliun di tahun 2006 dikarenakan kenaikan volume penjualan feronikel sebesar 92% menjadi 13.389 ton dan juga kenaikan harga rata-rata sebesar 57% menjadi US$10,14 per pon. Dengan demikian, feronikel menjadi penyumbang terbesar bagi pendapatan Antam dengan porsi pendapatan meningkat menjadi 49% di tahun 2006 dari 30% di 2005. Hal ini sejalan dengan strategi perusahaan untuk mendapatkan nilai tambah dengan mengurangi proporsi penjualan barang mentah dan meningkatkan produk olahan. Peningkatan volume penjualan feronikel antara lain karena FenI III mulai menyumbang tambahan produksi selama masa percobaan sejak bulan April 2006 setelah masa konstruksi selama dua setengah tahun. Pendapatan bijih nikel meningkat sebesar 28% menjadiRp1,941 triliun di tahun 2006 dari Rp1,522 triliun di tahun 2005. Kontribusi bijih nikel, 87% diantaranya dari bijih kadar tinggi, turun menjadi penyumbang kedua pendapatan dengan proporsi atas pendapatan sebesar 35% di tahun 2006 di-banding 46% di tahun 2005. Volume penjualan bijih nikel kadar tinggi meningkat sebesar 12% menjadi 3.375.466 wmt. Dikombinasikan dengan peningkatan harga rata-rata sebesar 23% menjadi US$54.74 per wmt, hal ini menghasilkan kenaikan pendapatan bijih nikel kadar tinggi sebesar 28% menjadi Rp1,691 triliun. Sebuah tambang nikel baru, Mornopo, yang terletak di Maluku Utara dan memulai operasi di tahun 2005, memberi kontribusi yang cukup signifikan bagi kenaikan volume penjualanbijih nikel kadar tinggi di tahun 2006. Walaupun volume penjualan bijih nikel kadar rendah turun 12% menjadi 933.668 wmt, segmen ini tetap menghasilkan kenaikan pendapatan sebesar 27% menjadi Rp 250 miliar dikarenakan kenaikan harga rata-rata sebesar 54% menjadi US$29,38 per wmt. Walaupun penjualan volume emas menurun sebesar 8% menjadi 3.340 kg (117.815 ons) dari 3.639 kg karena kadar yang lebih rendah dari harapan semula dan juga kondisi dinding tambang yang lebih lunak yang menyebabkan turunnya volume produksi, pendapatan dari emas meningkat 19% menjadi Rp601 milyar karena kenaikan harga. Harga rata-rata emas meningkat 37% menjadi US$611,59 per troy ons di tahun 2006. Divisi bauksit mengalami penurunan 5% dalam hal volume penjualan menjadi 1.536.542 wmt di tahun 2006 dari 1.617.577 wmt di tahun 2005 walaupun sebenarnya ada peningkatan produksi. Hal ini terjadi karena adanya penundaan pengapalan penjualan dikarenakan cuaca buruk di akhir tahun 2006. Namun, karena adanya peningkatan harga penjualan sebesar 3% menjadi US$13,60 per wmt, pendapatan dari bauksit meningkat 3% menjadi Rp192 miliar. Pendapatan dari produk-produk lainnya, yaitu perak, pasir besi dan logam mulia mengalami kenaikan yang lumayan sebesar 7%, 450% dan 13% untuk masing-masing produk. Namun, kontribusi produk-produk tersebut kepada pendapatan keseluruhan tetaplah kecil, yaitu 13% untuk perak, 0,2% untuk pasir besi dan 0,3% untuk logam mulia
Produk/Jasa2004 Pendapatan (Rp Miliar) (Audit)2005 Pendapatan (Rp Miliar) (Audit)2006 Pendapatan (Rp Miliar)2006 Pertumbuhan (%)Kontribusi terhadap Pendapatan (%)
20052006
Bijih Nikel1.1951.5221.94127,54635
Ferronikel9719862.731176,93049
Emas45750760118,5 15,510,8
Bauksit1351871922,7 63,4
Perak506873 7,421,3
Pasir Besi312114500,10,2
Lainnya (termasuk Jasa Pemurnian Emas)2015 1713,30,40,3
ANTAM2.8593.2875.566 100 100
Harga Pokok Penjualan Harga pokok penjualan Antam di tahun 2006 meningkat 55% menjadi Rp 3,040 triliun dari Rp1,832 triliun. Namun, kenaikan ini tidak melewati tingkat pertumbuhan penjualan sehingga marjin kotor Antam meningkat menjadi 48% dari 44%. Lima (5) komponen terbesar dari harga pokok penjualan ini melingkupi 76% dari total harga pokok penjualan. Komponen tersebut, dimulai dari yang paling besar, adalah pemakaian bahan, bahan bakar, jasa penambangan bijih, depresiasi dan tenaga kerja. Biaya pemakaian bahan meningkat hampir 100% menjadi Rp585 milyar sehubungan dengan meningkatnya produksi feronikel yang dengan sendirinya meningkatkan konsumsi bijih nikel dan bahan masukan produksi lainnya. Termasuk dalam kategori ini juga adalah bijih nikel yang dibeli oleh Antam dari PT Inco sebagai ba-han baku untuk pabrik feronikel Antam. Biaya pemakaian bahan ini menyumbang 19% dari keseluruhan pemakaian biaya bahan, suatu kenaikan porsi dibanding 12% di tahun 2005. Bahan bakar merupakan kontributor kedua terbesar dari harga pokok penjualan yaitu sebesar 17%. Di tahun 2005, bahan bakar merupakan kontributor keempat terbesar dan menyumbang 10% dari keseluruhan harga pokok penjualan. Biaya bahan bakar mengalami kenaikan tajam sebesar 187% menjadi Rp51 milyar dikarenakan kenaikan produksi feronikel yang meningkat 97% menjadi 14.474 ton dan juga dikarenakan kenaikan harga bahan bakar. Pada tahun 2006, harga jual dua jenis utama BBM yang digunakan Antam, yakni Industrial Diesel Oil (IDO) dan Marine Fuel Oil (MFO) meningkat signifikan. Harga IDO naik 123% menjadi Rp4.823 per liter sementara harga MFO naik 42% menjadi Rp3.126 per liter. Bahan bakar merupakan komponen biaya terbesar dari proses produksi feronikel yang menggunakan tenaga listrik yang disuplai dari pembangkit listrik bertenaga diesel milik Antam sendiri. Sejak tahun 2005, Antam menurunkan sebagian besar konsumsi Industrial Diesel Oil (IDO) dan berpindah menggunakan Marine Fuel Oil (MFO) yang merupakan bahan bakar yang lebih murah, untuk mengurangi dampak harga yang demikian tinggi. Antam memiliki pembangkit listrik tenaga diesel berkapasitas 102 MW yang dibangun dan dioperasikan oleh Wartsila dari Finlandia. Pembangkit ini dapat beroperasi normal dengan menggunakan MFO. Namun tingkat kekentalan dan sifat-sifat lain dari MFO menyebabkan pemeliharaan pembangkit listrik harus lebih sering dilaksanakan. Di tahun 2005, jasa penambangan merupakan biaya tertinggi melingkupi 20% dari total harga pokok penjualan. Di tahun 2 006, biaya jasa penambangan bijih turun ke posisi ketiga, 16% dari total harga pokok penjualan. Namun biaya jasa penambangan meningkat sebesar 31% menjadi Rp486 milyar dikarenakan meningkatnya biaya penambangan kontraktorkontraktor Antam seiring dengan meningkatnya produksi volume bijih nikel. Dua dari kontraktorkontraktor penambangan Antam dimiliki oleh Dana Pensiun Antam. Namun harga jasa mereka sebanding dengan harga jasa kontraktor-kontraktor lainnya. Dengan mulai berproduksinya pabrik FeNI III pada akhir Maret 2006, biaya depresiasi pabrik tersebut mulai dihitung. Depresiasi dengan demikian meningkat 148% menjadi Rp415 milyar dan merupakan komponen keempat terbesar dari harga pokok penjualan. Di samping itu biaya bunga tidak lagi dikapitalisasi. Biaya tenaga kerja, yang merupakan komponen terbesar kedua tahun lalu, turun menjadi komponen kelima terbesar di tahun 2006, walaupun terdapat peningkatan sebesar 38% menjadi Rp381 milyar dikarenakan adanya tunjangan kinerja tahunan yang lebih tinggi kepada para karyawan mengingat pendapatan dan laba perusahaan yang juga meningkat. Biaya tenaga kerja, hingga titik tertentu, merupakan biaya tetap dengan korelasi yang relatif rendah terhadap peningkatan produksi feronikel
Produk/JasaVolume Penjualan 2005Volume Penjualan 20062006 Pertumbuhan (%)
Bijih Nikel Kadar Tinggi (wmt)3.025.8413.375.46611,55
Bijih Nikel Kadar Rendah (wmt)1.060.240933.668-11,93
Feronikel (TNi)6.988 13.38991,60
Emas(kg)3.6393.340-8,22
Perak (kg)29.82321.063-29,37
Bauksit (wmt)1.617.566 1.536.542-5,00
Biaya dan Laba Operasi Biaya operasi Antam turun sebesar 8% menjadi Rp298 milyar, dengan proporsi 5% dari pendapatan Antam dibanding dengan proporsi 10% dari pendapatan Antam di tahun 2005. Penurunan ini terutama dikarenakan penurunan biaya umum dan administrasi yang turun sebesar 16% menjadi Rp255 milyar. Penyebab terbesar dari penurunan biaya umum dan administrasi ini adalah dikarenakan tidak adanya program pensiun dini di tahun 2006; sementara program ini di tahun 2005 mengeluarkan biaya Rp103 milyar. Sementara itu, sejalan dengan usaha untuk menaikan produktifitas dan efisiensi, Antam meningkatkan belanja untuk pelatihan hampir sebesar 80% menjadi Rp12 milyar. Seperti tahun 2005, komponen terbesar dari Beban usaha untuk umum dan administrasi adalah gaji dan tunjangan kinerja pegawai, direksi dan Komisaris. Kenaikan pos ini kurang dari 0,2%, menjadi Rp 131 milyar , meskipun kontribusi terhadap beban usaha untuk umum dan administrasi me ningkat menjadi 51% dibanding 43% di tahun 2005. Biaya eksplorasi Antam meningkat tajam sebesar 289% menjadi Rp32 milyar di tahun 2006 di-banding Rp8 milyar di tahun 2005, sejalan dengan strategi Antam untuk meningkatkan kualitas cadangan tambangnya. Apabila harga pokok penjualan dan beban usaha digabung, peningkatan biaya dibanding tahun lalu adalah 45%. peningkatan biaya ini masih dibawah tingkat pertumbuhan pendapatan sebesar 69%. Dengan demikian laba operasi antam meningkat sebesar 115% menjadi Rp2,448 triliun (US$271juta) dan menyebabkan marjin laba operasi meningkat menjadi 44% dari 35%.
Product ServiceSales Price 2004Sales Price 2005Sales Price 2006

2006 Growth (%)

High Grade Nickel ore (US$/wmt)42.3544.6454.7423
Low grade nickel ore (US$/wmt) 16.4719.0629.3854
Ferronickel (US$/TNi)6.236.4510.1457
Gold US$/t.oz)411.97446.14611.5937
Silver (US$/t.oz)6.647.2711.8363
Bauxite (US$/wmt)11.3611.9113.602.5
Pendapatan Lain-lain dan Laba Bersih Di tahun 2005, Antam mencatat pendapatan lain-lain sebesar Rp67 milyar. Namun di tahun 2006, Antam mencatat beban lain-lain sebesar Rp221 milyar. Biaya bunga Antam melonjak 572% menjadi Rp172 milyar karena bunga untuk konstruksi FeNI III dibiayakan (expensed) sejak bulan April 2006, karena konstruksi untuk unit tersebut telah selesai. Pendapatan dari nilai tukar mata uang asing sebesar Rp20 milyar di tahun 2005 berubah menjadi kerugian nilai tukar mata uang asing sebesar Rp57 milyar sejalan dengan menguatnya nilai Rupiah. Proporsi aset/ kekayaan Antam dalam dolar Amerika yang besar menjadi berkurang nilainya ketika Ru piah menguat. A n tam menghasilkan laba bersih sebesar Rp1,559 triliun (US$173 juta), peningkatan sebesar 85% dibanding laba bersih sebesar Rp842 milyar di tahun 2005. Biaya Tunai Pada tahun 2006, biaya tunai feronikel tercatat mengalami kenaikan 12% menjadi US$4,40 per pon dari US$3,92 per pon di tahun 2005 menyusul kenaikan harga BBM dan biaya jasa penambangan. Biaya tunai saprolit dan limonit tercatat masing-masing US$19,83 per wmt dan US$8,67 per wmt. Untuk komoditas emas, biaya tunai tercatat naik 12% menjadi US$283,93 per t.oz., seiring dengan kenaikan biaya material, biaya tenaga kerja serta penurunan volume produksi. Peningkatan biaya material disebabkan adanya pekerjaan redesain tambang emas Pongkor yang dilakukan untuk meningkatkan tingkat ekstraksi maupun keselamatan di tambang tersebut. Pada tahun 2006, margin tunai Antam tercatat lebih dari 50% untuk seluruh komoditas yang dihasilkan. Pada tahun 2006, biaya listrik yang berasal dari PLTD Antam mencapai USc12 per KwH. Untuk dapat mengantisipasi tingginya biaya tunai feronikel, Antam berencana untuk mengkonversi penggunaa n BBM pada pemba n gkit listrik ke penggunaan energi alternatif pada tahun 2009. Energi alternatif yang tengah dikaji adalah gas alam, tenaga air dan batubara. Antam baru menerima laporan dari sebuah perusahaan engineering Kanada bahwa tenaga air memiliki tingkat kelayakan yang paling memadai untuk digunakan seiring dengan kemungkinan tidak digunakannya gas sebagai sumber energi alternatif mengingat tingginya biaya transportasi gas bagi pembangkit listrik Antam. Untuk batubara, teknologi yang dinamakan Smart Predictive Line Control, yang mengeliminasi fluktuasi beban listrik saat ini juga tengah dikaji. Konversi ke energi alternatif merupakan upaya penghematan biaya utama Antam. Upaya penghematan lain yang juga dilakukan diantaranya rightsizing jumlah pegawai dari 2.754 menjadi 2.500 pada tahun 2009, penggunaan material dan peralatan berbiaya rendah serta upgrading peralatan agar tercipta efisiensi dan produktivitas yang lebih baik. Neraca Neraca Antam tercatat cukup solid dengan pertumbuhan total aktiva sebesar 12% menjadi Rp7,174 triliun (US$795 juta), sementara jumlah hutang yang berbunga turun 32% menjadi Rp1,335 triliun (US$148 juta), atau 19% dari total aktiva, turun dari Rp1,973 triliun atau 31% dari total aktiva. Rasio lancar Antam tercatat baik di level 337%, meski nilai ini sedikit turun dari 360% di tahun 2005. Modal kerja Antam tercatat naik menjadi Rp2,048 triliun dari Rp 1,308 triliun. Rasio total kewajiban terhadap ekuitas tercatat 67% atau 40:60. Sebagai salah satu pilar utama strategi perusahaan, upaya peningkatan kekuatan keuangan Antam akan terus menjadi fokus manajemen. Dari total ekuitas Antam yang naik 41,5% menjadi Rp4,288 triliun dibanding tahun 2005, Rp3,311 triliun diantaranya merupakan laba ditahan. Jumlah ini naik 61% dibandingkan tahun 2005. Aktiva Kenaikan total aktiva sebesar Rp772 miliar sebagian besar disebabkan kenaikan 54% dari aktiva lancar Antam menjadi Rp3,201 triliun. Kenaikan aktiva lancar ini disebabkan kenaikan sebesar Rp452 miliar, atau 63%, di pos kas dan setara kas menjadi Rp1,173 triliun. Selain itu, Antam juga mencatat kenaikan sebesar Rp367 miliar atau 78% di pos piutang usaha menjadi Rp834 miliar serta kenaikan sebesar Rp395 miliar atau 75% di pos persediaan menjadi Rp923 miliar. Kenaikan kas Antam disebabkan peningkatan penjualan nikel serta peningkatan harga komoditas tersebut. 96% kas dan setara kas Antam berdenominasi dolar Amerika dan disimpan dalam beberapa bank dengan 35% disimpan dalam bentuk kas sementara 65% disimpan dalam bentuk deposito berjangka. Antam menerima bunga antara 3,75%-5,30% per tahun untuk deposito berjangka dolar Amerika dan 8,00%-12,75% untuk deposito berjangka Rupiah. Peningkatan piutang usaha dan persediaan disebabkan kenaikan harga untuk barang jadi Antam serta suku cadang dan bahan pembantu untuk persediaan. Sekitar 60% dari piutang Antam diklasifikasikan lancar, 26% melewati jatuh tempo selama kurang dari 30 hari dan 14% melewati jatuh tempo lebih dari 30 hari. Nilai penyisihan piutang ragu-ragu telah memadai untuk menutup kemungkinan kerugian atas tidak tertagihnya piutang usaha. Aktiva tidak lancar Antam turun 8% menjadi Rp3,964 triliun dari Rp4,315 triliun yang sebagian besar disebabkan depresiasi aktiva tetap. Nilai aktiva tetap yang merupakan 85% dari aktiva tidak lancar turun 12% menjadi Rp3,354 triliun dari Rp3,825 triliun. Sementara itu, biaya eksplorasi dan pengembangan tangguhan naik 40% menjadi Rp376 miliar. Kewajiban Total kewajiban Antam turun 14% menjadi Rp 2,887 triliun, terutama disebabkan penurunan kewajiban tidak lancar sebesar 34% menjadi Rp1,724 triliun dari Rp2,594 triliun seiring dengan akti vitas pengurangan hutang yang dilakukan manajemen. Seiring dengan berakhirnya perjanjian penghindaran pajak berganda (avoidance of double tax agreement, DTA) antara Indonesia dan Mauritius, Antam menggunakan haknya sesuai dengan Offering Circular Obligasi yang diterbitkan oleh anak perusahaan Antam, Antam Finance Limited di Mauritius, untuk melakukan call at par. Antam telah berupaya semaksimal mungkin untuk tidak menggunakan klausul pelunasan awal tersebut. Namun akhirnya Antam terpaksa memutuskan untuk melakukan pelunasan awal pada nilai par. Pada tanggal 29 Desember 2006, Antam telah melakukan redemption secara penuh obligasi senilai US$171 juta tersebut dengan menggunakan pinjaman BCA senilai US$71 juta dan Bank Mandiri sebesar US$50 juta, serta dari kas internal sebesar US$50 juta. Komponen signifikan lain dari kewajiban tidak lancar Antam adalah kewajiban pensiun dan pasca kerja yang naik dari Rp577 miliar menjadi Rp582 miliar. Kewajiban lancar Antam naik 49% menjadi Rp1,162 miliar seiring dengan kenaikan hutang pajak sebesar 76% menjadi Rp396 miliar, serta kenaikan pinjaman investasi yang jatuh tempo dalam waktu satu tahun sebesar 783% menjadi Rp265 miliar. Hutang usaha kepada pihak ketiga naik 7% menjadi Rp121 miliar, sementara komponen signifikan lain dari kewajiban lancar adalah beban yang masih harus dibayar yang naik 9% menjadi Rp349 miliar. Arus Kas Arus kas Antam merefleksikan kenaikan produksi dan penjualan dari pabrik FeNi III, kenaikan harga, peningkatan biaya serta turunnya biaya investasi seiring dengan selesainya proyek FeNi III. Terkait dengan FeNi III, arus kas dari aktivitas operasi didukung adanya penerimaan restitusi pajak senilai Rp201 miliar. Arus kas dari aktivitas operasi naik 83% menjadi Rp1,446 triliun seiring dengan peningkatan penerimaan dari pelanggan sebesar 71% menjadi Rp5,245 triliun. Komponen terbesar dari arus kas dari aktivitas operasi adalah pembayaran ke pemasok yang naik 90% menjadi Rp2,511 triliun. Pembayaran kepada Komisaris, Direktur dan karyawan naik 2% menjadi Rp563 miliar, sementara pembayaran pajak naik 22% menjadi Rp507 miliar. Kas yang digunakan untuk aktivitas investasi turun 87% menjadi Rp217 miliar seiring dengan selesainya konstruksi proyek FeNi III. Penurunan kas yang digunakan untuk aktivitas investasi sebagian besar disebabkan penu runan perolehan aktiva tetap sebesar 95% menjadi Rp71 miliar. Komponen terbesar arus kas dari aktivitas investasi adalah biaya eksplorasi dan pengembangan yang turun 24% menjadi Rp145 miliar. Belanja modal Antam pada tahun 2006 adalah senilai Rp 127 milyar, turun 90% dari belanja modal tahun sebelumnya. Penurunan belanja modal yang disertai dengan peningkatan kas yang diperoleh dari aktivitas operasi menjadikan Antam membukukan free cash flow sebesar Rp1,320 triliun, dibandingkan negative free cash flow sebesar Rp520 miliar di tahun 2005. Meski Antam memperoleh Rp1,102 triliun dalam bentuk pinjaman jangka panjang, arus kas untuk aktivitas pendanaan naik 65% menjadi Rp778 miliar seiring dengan pembayaran hutang jangka panjang (obligasi) sebesar Rp1,593 triliun serta kenaikan pembayaran dividen sebesar 11% menjadi Rp286 miliar. Untuk informasi lebih lanjut, silakan menghubungi Ashur Wasif (Sekretaris Perusahaan) Tel: (6221) 780 5119, Fax: (6221) 781 2822, Email: corsec@antam.com, Website: www.antam.com

Pewarta: PR Wire
Editor: PR Wire
Copyright © ANTARA 2007