Jakarta (ANTARA News) - Aparat kepolisian di Kabupaten Bangkai Kepulauan (Bangkep), Sulawesi Tengah, diminta untuk mengedepankan misi Polri yang melindungi masyarakat melalui dialog sehingga bentrok fisik dengan kelompok massa warga yang berakhir dengan jatuhnya korban jiwa dapat dihindari. Anggota Fraksi Partai Golkar Sofyan Mile mengatakan di Jakarta, Kamis, aparat kepolisian di lapangan seharusnya mengupayakan cara-cara dialogis dahulu dengan massa sehingga kedua pihak dapat menghindari aksi kekerasan yang merugikan kedua pihak. Sofyan yang merupakan putra alsi Luwuk Banggai itu mengatakan, misi aparat negara untuk melindungi rakyat harus dikedepankan oleh semua aparat penyelenggara negara, termasuk personil Polri, dalam berbagai situasi dan kondisi. Sebelumnya, Anggota Komisi III DPR-RI dari Fraksi PAN, Mulfahri Harahap, mengatakan bentrok fisik antara warga sipil dan aparat Polres Bangkep yang hingga Kamis siang telah menewaskan empat orang merupakan ekses dari ketidaksetujuan warga setempat atas pemindahan ibukota kabupaten sehingga Polri tidak bisa sepenuhnya disalahkan. "Dalam kasus di Banggai ini, Polri hanya menangani ekses dari ketidaksukaan warga atas pemindahan ibukota kabupaten," katanya. Menurut Harahap, konflik seperti yang terjadi di Banggai Kepulauan merupakan "hal klasik" di daerah-daerah baru hasil pemekaran. Terjadinya gesekan dan kerawanan sosial di masyarakat akibat berbagai kebijakan, termasuk masalah penetapan ibukota kabupaten, adalah beberapa hal yang kerap terjadi. Situasi demikian, katanya, tidak jarang dimanfaatkan para provokator. Karenanya, aparat kepolisian harus bertindak cepat, melakukan investigasi dan memroses para provokator dan pihak-pihak yang terlibat secara hukum, katanya. "Keterbatasan pengetahuan masyarakat dimanfaatkan pihak tertentu untuk kepentingan mereka. Di sinilah fungsi intelijen harus dioptimalkan guna mengantisipasi terjadinya berbagai hal yang tidak kita inginkan. Dan Polri sebaiknya juga lebih menahan diri dari cara-cara kekerasan dalam bertindak," katanya. Sementara itu, dari Banggai, Sulawesi Tengah, dilaporkan bahwa jumlah korban tewas akibat bentrok fisik antara massa rakyat dengan polisi di kota Banggai mencapai empat orang setelah seorang lagi warga sipil bernama Ilham (24) yang terkena peluru senjata api di bagian pinggul akhirnya dilaporkan meninggal Kamis pagi. Korban Ilham meninggal dunia dalam perjalanan dari Banggai menuju Luwuk dengan menggunakan kapal-motor pelayaran rakyat, menyusul tiga warga sipil yang tewas sebelumnya pada hari bentrokan, Rabu, ketika polisi akan mengamankan kantor-kantor pemda yang diduduki massa sejak Selasa pekan lalu. Mansur Ba`adi, tokoh masyarakat Bangkep di Palu, mengatakan konflik di Kabupaten Bangkep hingga menimbulkan korban jiwa dipicu oleh kebijakan Bupati Malingong yang memindahkan ibukota kabupaten dari kota Banggai ke Salakan tanpa mengindahkan kondisi sosial dan psikologis masyarakat setempat. "Untuk anda ketahui bahwa pemindahan ibukota kabupaten (dalam waktu singkat dan tanpa disertai kompromi) itu sangat ditentang oleh sebagian besar rakyat Bangkep," tuturnya.(*)

Editor: Heru Purwanto
Copyright © ANTARA 2007