Changi, Singapura (ANTARA News) - Kepulauan Bintan, Batam, dan Karimun di Kepulauan Riau dinilai paling pas untuk dijadikan Aero Park (kawasan industri penerbangan terpadu) nasional dan kawasan Asia Pasifik. 




Ketua Umum Asosiasi Perusahaan Perawatan dan Pemeliharaan Pesawat Terbang Indonesia (IAMSA) yang juga Direktur Utama PT Garuda Maintenance Facility, Richard Budihadianto, menyatakan hal itu di sela Singapore Air Show 2016, di Changi, Kamis. 




Sampai saat ini, 70 persen populasi pesawat terbang nasional dirawat dan dipelihara di Singapura dan Indonesia ingin pasar itu ada di Tanah Air. “Pak Habibie menyatakan dulu, nilai bisnis perawatan dan pemeliharaan pesawat terbang itu 10 kali lipat ketimbang nilai pesawat terbangnya semata,” katanya.




Indonesia, kata dia, memiliki peluang besar untuk berkiprah secara signifikan dalam bisnis ini di kawasan karena beberapa hal, di antaranya jumlah dan kualitas SDM Indonesia yang berkiprah di bidang ini cukup besar. 




“Kita perlu kapasitas dan kapabilitas untuk menyerap yang 70 persen ini. Menyangkut infrastruktur dan didukung undang-undang dan peraturan yang berlaku untuk itu. Kami sudah bicarakan hal ini dengan pemerintah agar segera menentukan kawasan industri penerbangan terpadu alias Aerospace Park,” kata dia. 




Kata “terpadu”, menurut dia, sangat penting karena semua aspek industri penerbangan ada di sana, mulai dari industri komponen, pemeliharaan dan perawatan, pusat pelatihan, pusat logistik, riset dan pengembangan, dan pabrik pesawat terbangnya sekalian,” kata dia. 




Pemerintah juga diuntungkan dengan ada Aerospace Park ini. “Pengawasan ekspor-impor jadi mudah dan lain sebagainya,” kata dia. 




Akan tetapi, kawasan ini harus diberi sejumlah perlakuan khusus, terutama tentang kemudahan birokrasi dan insentif pajak dan lahan. Praktik seperti ini lumrah terjadi di dunia penerbangan internasional. 




Dia mencontohkan Singapura, Malaysia, Thailand, dan bahkan Filipina yang telah memiliki kawasan khusus itu. Indonesia sebagai “negara senior” di bidang penerbangan di ASEAN justru belum punya. 




Bintan, Batam, dan Karimun itu berposisi sangat dekat dengan Singapura yang terlanjur menjadi pusat keunggulan di industri penerbangan kawasan. Hampir semua industri penerbangan dunia atau yang terkait memiliki perwakilan tetap di Singapura. 




“Saya kira ini peluang yang harus kita ambil. Logistik yang paling lengkap ada di Singapura. Kalau kami dekat dengan dia akan lebih mudah, lagi pula di sana mulai ada keterbatasan lahan, jumlah SDM, dan harga yang tinggi,” katanya. 




Indonesia, katanya, bisa bekerja sama dengan Singapura tentang ini. “Paling tidak, sebagian pekerjaan bisa dikerjakan di Bintan, yang memang kawasan industrinya sudah berstandar dunia,” kata dia. 


Pewarta: Ade P Marboen
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2016