Jakarta (ANTARA News) - PT Garuda Maintenance Facility Aero Asia Tbk (GMF) berhasil membukukan pendapatan senilai 310,5 juta dolar AS pada kuartal III-2017. Angka ini melampaui target pendapatan kuartal III-2017 sebesar 304,4 juta dolar AS atau mencapai 102 persen dari proyeksi awal. 

Pencapaian pendapatan ini pun bertumbuh sebesar 15 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu. 

Selain itu, pencapaian lain adalah laba bersih PT GMF yang juga sesuai target 2017 sebesar 38,1 juta dolar AS, meningkat 8,9 persen dari kuartal III-2016 sebesar 35 juta dolar AS. Persentase pendapatan kuartal ketiga adalah sebesar 73,2 persen dari target keseluruhan pada akhir 2017 sebesar 424 juta dolar AS.
 
Pencapaian yang baik ini datang dari peningkatan volume pekerjaan perawatan mesin dan perawatan komponen yang juga menjadi fokus pengembangan bisnis PT GMF pada 2017. Selain itu upaya peningkatan kapabilitas perawatan mesin juga berkontribusi atas tercapainya taget kuartal ketiga 2017 ini. 

Kontribusi pendapatan yang positif ini dihasilkan dari pertumbuhan pendapatan oleh lini bisnis perawatan komponen sebesar 25 persen, perawatan fuselage 18 persen, dan perawatan mesin sebesar 15 persen.
 
Direktur Utama PT GMF, Iwan Joeniarto, menyampaikan apresiasinya atas kinerja positif GMF. Ditambah, setelah 15 tahun memisahkan diri dari induk usahanya Garuda Indonesia, PT GMF terhitung mencatatkan keuntungan yang cukup signifikan dari tahun ke tahun. Apalagi GMF baru saja melantai di Bursa Efek Indonesia, 10 Oktober 2017 lalu. 

"Dengan pencapaian kinerja yang positif serta didukung kesempurnaan operasional, kami yakin PT GMF memiliki fundamental yang cukup kuat untuk berkancah di pasar modal. Menjadi perusahaan terbuka merupakan langkah awal kami untuk berkembang lebih pesat lagi," kata dia. 

PT GMF terus meningkatkan pendapatan dari pelanggan-pelanggan sehingga rasio pendapatan dari non Garuda Indonesia Group lebih besar dalam kurun waktu 3 tahun mendatang.
 
Terkait dengan IPO, perolehan dana yang berhasil dikumpulkan dari aksi korporasi ini adalah senilai 83,5 juta dolar AS atau senilai Rp1,129 triliun, sebagaimana dinyatakan PT GMF dalam pernyataannya, di Jakarta, Rabu. 

Sebesar 60 persen dana IPO ini akan digunakan untuk kebutuhan ekspansi PT GMF, 25 persen untuk modal kerja dan sisanya untuk pembiayaan. Pada 2017 ini, alokasi penggunaan dana IPO untuk pembiayaan modal kerja dan pembiayaan, serta  sebagian untuk belanja modal.

Pada 2018 dana IPO akan dikonsentrasikan untuk belanja modal dalam rangka pengembangan kapabilitas, kapasitas dan inisiatif inorganik perseroan. Komposisi investor datang dari investor institusi maupun perorangan baik lokal maupun asing. 

Dengan kondisi ini kepemilikan saham PT GMF oleh induk usaha yang semula sebesar 99 persen berubah menjadi 89,1 persen, sedangkan Aerowisata yang memiliki satu persen saham GMF menjadi 0,9 persen dan sisanya dimiliki publik. 

Dia juga menyatakan rasa terima kasihnya kepada kepercayaan publik untuk berinvestasi dan turut berkontribusi untuk kesuksesan IPO GMF. "Saat ini GMF terus meningkatkan nilai perusahaan sejalan dengan komitmen kami untuk memberikan timbal balik yang terbaik kepada seluruh shareholders” kata dia.
 
Dia juga menambahkan, manajemen GMF optimis dengan pencapaian yang terus menunjukkan tren positif, saham PT GMF akan diminati para investor dan dapat meningkatkan value korporasi kedepannya. 

Untuk itu PT GMF sebagai Total Solution Provider melakukan penguatan di tiga lini bisnis utamanya yaitu fuselage pesawat terbang, komponen, dan mesin serta merencanakan kerjasama-kerjasama strategis dengan beberapa partner global ke depannya.  

"Ragam strategi dan aksi korporasi dilakukan untuk mencapai visi GMF sebagai Top 10 MRO in The World,” kata dia.

Pewarta: Ade P Marboen
Editor: Gilang Galiartha
Copyright © ANTARA 2017