Jakarta (ANTARA News) - Wakil Ketua MPR RI Hidayat Nur Wahid menepis anggapan yang menyatakan Masyarakat Betawi arogan.

Sebaliknya, dia menyebut Masyarakat Betawi sebagai masyarakat yang terbuka dan apa adanya.

“Saya menangkap kesan bahwa masyarakat Betawi tak arogan,” kata Hidayat saat menerima Rumpun Masyarakat Betawi di Gedung Parlemen, Jakarta, Jum'at, seperti dalam keterangan pers MPR.  

Keterbukaan Masyarakat Betawi, sambung Hidayat terbukti dari banyaknya kaum pendatang dan berdirinya nama kampung di Jakarta berdasarkan suku, seperti Kampung Melayu, Kampung Arab, Kampung Ambon, Kampung Bali, Kampung China, Kampung Jawa, dan lain sebagainya.

“Masyarakat Betawi adalah masyarakat yang menerima kedatangan dari berbagai pihak sehingga Jakarta menjadi beragam,” kata pria Asal Klaten, Jawa Tengah itu.

Hidayat mengaku telah tinggal dan berada di lingkungan Masyarakat Betawi sejak tahun 1993, sehingga sudah terbiasa berhubungan dengan orang Betawi baik di lingkungan tempat tinggalnya maupun di partai yang menaungi dirinya.  

Dia berharap, organisasi masyarakat mampu memperkuat persatuan.  

Sementara itu, Ketua Rumpun Masyarakat Betawi, Nur Ali mengungkapkan bahwa organisasi yang dia pimpin itu telah berdiri sejak enam tahun lalu.

Pria yang menggunakan peci berwarna hitam itu mengatakan, salah satu tujuan pembentukan organisasi yang mempunyai kantor di Condet, Jakarta Timur adalah untuk menepis stigma bahwa masyarakat Betawi adalah masyarakat yang arogan.

Dalam kesempatan itu, Nur Ali juga berharap Hidayat berkenan menjadi pembina Rumpun Masyarakat Betawi.

“Ya sebagai pengarah, memberi arahan kepada organisasi ini,” ujar Nur Ali.

Pewarta: Lia Wanadriani Santosa
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2016