Jakarta (ANTARA News) - Psikolog dari Klinik Remaja RSAB Harapan Kita Ade Dian Komala mengatakan kesalahan orangtua selama ini dalam menghadapi kenakalan remaja dan masalah pubertasnya adalah lebih banyak berbicara daripada mendengar dan berkomunikasi kepada anak.

"Orangtua harus menghindari untuk hanya menyalahkan dan menghakimi. Selama ini kesalahan orangtua adalah lebih banyak berbicara daripada mendengar serta merasa lebih tahu," kata Ade melalui keterangan tertulis yang diterima Antara di Jakarta, Senin.

Ade mengatakan orangtua seharusnya mendampingi gejolak masalah remaja yang rentan mendapat pengaruh buruk dari lingkungan dengan melakukan komunikasi yang tepat dan efektif secara dua arah.

Menurut Ade, komunikasi yang efektif dapat menciptakan hubungan anak dan orangtua harmonis serta dapat mengajarkan anak berpikir sendiri dalam memecahkan masalah.

Sementara itu, Dokter Spesialis Anak dari Klinik Remaja Rumah Sakit Anak dan Bunda Harapan Kita Aditya Suryansyah menjelaskan seringkali hubungan remaja dan orangtuanya tidak berjalan baik karena remaja sedang dalam fase mencari jati diri.

Dalam tahap tersebut, remaja banyak mencoba hal baru, seperti merokok dan aktivitas negatif lainnya bersama teman yang bisa menimbulkan perselisihan antara anak dan orangtua.

"Intinya remaja masih labil dan tidak paham sepenuhnya konsekuensi perbuatan mereka. Pada akhirnya di mata orangtua, remaja sulit diatur dan nakal. Perbuatannya pun sering kali menyusahkan orang lain," ujar spesialis anak yang mendalami bidang endokrin ini.

Aditya mengatakan orangtua juga harus memahami remaja yang merasa kekurangan kepercayaan diri karena masalah perubahan fisik yang dipengaruhi fluktuasi hormon ketika menginjak masa pubertas, seperti bau badan, jerawat hingga pertumbuhan gigi yang tidak merata.

Menurutnya, orangtua harus mengubah pandangan remaja lekat dengan kenakalan, terutama jika menyiasatinya dengan menciptakan masa remaja yang indah serta membangun harmonisasi antara anak dan orangtua.

Pewarta: Mentari Dwi Gayati
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2016