Zurich (ANTARA News) - Konfederasi sepak bola Afrika dan Asia pada Kamis menegaskan kembali dukungan mereka untuk Sheikh Salman bin Ebrahim al Khalifa untuk menjadi presiden FIFA berikutnya.

Sheikh Salman berjanji untuk tidak "menggadaikan" badan sepak bola dunia yang sedang dihantam krisis itu demi memenangi suara pada pertarungan dengan empat rivalnya yang dipimpin oleh Gianni Infantino, sekretaris jenderal UEFA, lapor AFP.

Pemimpin Konfederasi Sepak Bola Afrika (CAF) dan Konfederasi Sepak Bola Asia (AFC) mengafirmasi ulang dukungan mereka untuk anggota kerajaan Bahrain itu pada pertemuan di Zurich menjelang pemungutan suara pada Jumat.

Kedua federasi itu memiliki 100 suara dari total 209 suara yang diperebutkan di FIFA.

Wakil presiden pertama CAF Suketu Fatel berkata, "Kami mendiskusikan keprihatinan kami dan siapa yang kami pikir dapat membawanya dan kami mendukung dia (Sheikh Salman), kami pikir ia akan mendjadi sosok yang peduli terhadap keprihatinan kami."

Patel mengatakan bahkan jika tidak semua ke-53 suara dari Afrika tertuju kepada Sheikh, mayoritas yang besar akan menang. "Menurut saya ini akan menjadi suatu blok, yang merupakan kunci, 53 atau 50 bukan masalah."

Bagaimanapun, kandidat-kandidat lain -- khususnya Infatino dan Pangeran Ali bin Al Hussein dari Yorania -- dipastikan telah membujuk federasi-federasi Afrika untuk memberikan suara bagi mereka.

Karena berbagai perbedaan di antara ke-47 anggota AFC, para rival juga meyakini mereka akan menangguk suara dari Asia. Pangeran Ali dipastikan mendapatkan dukungan dari negaranya sendiri Yordania, sedangkan Irak dan Palestina telah berkata akan mendukungnya.

Namun Sheikh Salman mendapatkan "kesatuan dukungan" pada pertemuan istimewa AFC, demikian pernyataan yang dirilis federasi itu. Sheikh Salman telah menjadi presiden AFC sejak 2013.

Wakil presiden AFC Praful Patel, kepala Federasi Sepak Bola India, berkata, "Sheikh Salman merupakan pemimpin yang telah terbukti, seperti yang didemonstrasikannya di AFC. Saat ini FIFA memerlukan seseorang untuk memimpin dan menjadi presiden yang kuat."

Kampanye pemilihan ditandai oleh sejumlah janji untuk menaikkan jumlah dana yang diberikan FIFA kepada federasi-federasi nasional.

Namun Sheikh Salman mengatakan hal seperti itu menjanjikan resiko kebangkrutan pada badan sepak bola dunia, yang telah menghabiskan banyak uang sejak skandal korupsi meletus Mei silam dan memaksa presidennya Sepp Blatter untuk mengundurkan diri.

"Saya dapat menjanjikan kepada Anda bahwa saya tidak akan mengkompromikan prinsip-prinsip yang membantu restorasi stabilitas dan kesatuan sepak bola Asia," kata Sheikh Salman pada pertemuan Asia.

"Ini bukan waktunya untuk menggadaikan masa depan FIFA untuk beberapa suara. Inilah saatnya, sebagai pelaksana tugas presiden FIFA (Issa Hayatou) menulis kepada Anda pekan ini, untuk menyiapkan permainan hebat kita kembali ke jalur untuk mendapatkan kembali kredibilitas dan kepercayaan dari semua pemilik kepentingan. Kita perlu mendefinisi ulang, merestrukturisasi ulang, dan merevitalisasi FIFA."

Jerome Champagne, mantan pejabat FIFA dari Prancis, dan Toky Sexwale, pengusaha asal Afrika Selatan dan politisi yang juga ambil bagian pada pemilihan presiden FIFA pada Jumat.
(Uu.SYS/H-RF/A020)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2016