Bakauheni (ANTARA News) - Akibat kondisi gelombang laut yang masih relatif tinggi dan tiupan angin kencang, pengoperasian armada kapal cepat di Pelabuhan Bakauheni (Lampung Selatan) menuju Merak (Banten) kembali terganggu, sehingga pada Jumat (2/3) hanya satu kapal dapat beroperasi pada pagi hari. Manajer Operasional PT Angkutan Sungai, Danau dan Penyeberangan (ASDP) Pelabuhan Bakauheni, Dadag Wijanarko dari Bakauheni, Lampung Selatan, Jumat, membenarkan pada Jumat ini hanya kapal cepat Srikandi yang dapat dioperasikan dan selebihnya kembali tidak dapat beroperasi akibat cuaca yang kurang mendukung. "Hanya satu kapal cepat berlayar hari ini, itu pun pada pagi hari," kata Dadag mendampingi Kepala Cabang PT ASDP Bakauheni Eddy Pinontoan. Pihak Administratur Pelabuhan (Adpel) dan PT ASDP memutuskan menghentikan kembali pelayaran kapal cepat pada hari ini, setelah melihat kondisi gelombang laut dan angin kencang di sekitar perairan Selat Sunda itu. "Riskan kalau kapal cepat tetap beroperasi sehingga setelah kapal Srikandi sempat jalan, melihat cuaca buruk, selanjutnya tidak ada lagi kapal cepat dioperasikan pada hari ini," ujar Dadag lagi. Penghentian operasi sementara kapal cepat itu juga dilakukan pada Kamis (1/3) lalu, setelah memertimbangkan kondisi cuaca yang dinilai dapat mengganggu pelayaran di Selat Sunda itu. Namun begitu, pelayaran kapal ferry (roll on roll off/roro) tetap berjalan normal seperti biasa. "Hanya kapal cepat yang dihentikan pelayarannya, kalau kapal roro masih jalan terus seperti biasa," ujar Dadag pula. Pada jalur pelayaran Bakauheni-Merak beroperasi sedikitnya 26 kapal ferry (roro) dan 12 kapal cepat. Awal pekan ini, Presiden SBY bersama rombongan yang kembali dari kunjungan kerja di Lampung menyempatkan melakukan inspeksi mendadak (sidak) menggunakan jalur pelayaran Bakauheni-Merak. Presiden meminta kepada jajaran Dephub dan otoritas pelayaran itu untuk kembali menerapkan prosedur tetap dan pemenuhan persyaratan ketat dalam pelayaran untuk memberikan jaminan keselamatan bagi para penumpang selama berlayar di Selat Sunda tersebut.(*)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2007