Lampung Selatan (ANTARA News) - Gerhana matahari 9 Maret 2016 diperkirakan terlihat tidak total atau sebagian di Provinsi Lampung.

"Gerhana matahari yang terlihat di Lampung memang tidak total, melainkan sebagian sekitar 92,36 persen pada puncaknya, yakni pukul 07.20 WIB, dan akan hilang kembali pada pukul 08.30 WIB," kata dosen astronomi, Institut Teknologi Bandung (ITB) Dr Ir Moedji Raharto saat menjadi nara sumber pada workshop bertema Teknologi dan Gerhana di Aula Gedung C Institut Teknologi Sumatera (ITERA), Wayhui, Lampung Selatan, Rabu.

Ia menyebutkan, sebagian langit di Tanah Air akan menjadi gelap pada pagi hari karena fenomena gerhana matahari total. Di Lampung sendiri, proses gerhana matahari diperkirakan terjadi mulai pukul 06.19 WIB.

Menurutnya, fenomena kali ini secara umum terbilang langka karena gerhana matahari hanya bisa terpantau di daratan Indonesia.

"Makanya banyak pengamat dari dalam dan luar negeri memanfaatkan momen ini untuk pengamatan di beberapa titik, khususnya di tempat yang gerhananya bisa terlihat secara total," ujar dia.

Tim Observatorium Bosscha ITB Zainudin M. Arifin menambahkan gerhana matahari adalah fenomena alam yang langka sehingga sayang untuk dilewatkan, namun menyaksikannya tidak bisa dilakukan dengan mata telanjang karena berbahaya bagi penglihatan.

Saat gerhana mencapai puncaknya, kata Zainudin, tidak terlalu berbahaya bagi mata karena saat itu langit menjadi gelap dan hanya terlihat bintang.

Justru yang paling berbahaya adalah setelah gerhana berakhir dan sinar matahari akan terlihat sangat terang.

"Saat itulah yang paling berbahaya bagi mata. Makanya pada saat setelah gerhana, tidak diperbolehkan melihat kearah matahari secara langsung tanpa peralatan khusus," ujar Zainudin.

Ia menambahkan salah satu solusi untuk memantau gerhana yang aman, mudah, dan tentunya murah adalah dengan kamera lubang jarum.

Tanpa biaya banyak dan dengan peralatan sederhana yakni hanya kardus, selotip, aluminium foil, jarum, cutter, dan kertas putih, pengamatan bisa dilakukan.

Pewarta: Agus Wira Sukarta
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2016