Jakarta (ANTARA News) - Republik Islam Gambia ingin mempererat kerja sama dengan Indonesia dalam pengaturan protokol untuk persiapan Gambia menjadi tuan rumah Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Organisasi Kerja sama Islam (OKI) ke-14 pada 2018.

"Sejak pertemuan pertama kami di Jakarta pada April 2015, banyak kemajuan yang sudah dilakukan Indonesia dan Gambia dalam pembangunan kapasitas di bidang pertanian serta mempersiapkan Gambia menjadi tuan rumah KTT OKI 2018," ujar Menlu Retno Marsudi seusai bertemu dengan Menlu Gambia Neneh Macdouall-Gaye di sela KTT Luar Biasa OKI di Balai Sidang Jakarta, Minggu.

Selain itu, dalam pertemuan bilateral antara kedua menlu tersebut juga dibahas tentang rencana sidang komisi bersama ke-2 (joint commission meeting) Indonesia-Gambia yang sebelumnya telah dilaksanakan di Jakarta pada Maret 2013.

"Joint commission meeting kedua akan dilangsungkan di Gambia, kami sedang mencari tanggal terbaik untuk pertemuan tersebut," kata Menlu Retno.

Mantan Duta Besar Indonesia untuk Kerajaan Belanda itu mengungkapkan penghargaannya atas kesediaan Menlu Neneh memberikan kuliah umum di salah satu universitas di Indonesia beberapa waktu lalu, tentang pesan damai dalam Islam.

Sementara itu, Menlu Gambia Neneh Macdouall-Gaye memandang dukungan Indonesia sangat penting bagi perkembangan pembangunan kapasitas pertanian khususnya peningkatan produksi beras dan agro-processing.

"Baru-baru ini kami menerima ahli pertanian dari Indonesia yang akan membantu membangun kapasitas SDM kami dalam bidang pertanian," ujarnya.

Pada 2014, Indonesia memberikan lima traktor tangan kepada "Agricultural Rural Farmer Training Center" (ARFTC) di Jenoi, Gambia.

Pusat pelatihan tersebut didirikan oleh Indonesia pada 1998 dan telah dimanfaatkan negara-negara Afrika Barat.

Selain itu, ARFTC telah memberikan pelatihan kepada 5.114 petani dari Gambia dan negara sekitar seperti Senegal, Mali, Niger, Sierra Leone, Guinea-Bissau, serta Guinea.

Selama kunjungannya di Jakarta, Menlu Neneh juga bertemu dengan pihak Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia untuk meningkatkan kerja sama ekonomi kedua negara mengingat iklim investasi Gambia semakin membaik dengan lebih banyak peluang investasi serta konsesi.

"Kami ingin mempererat hubungan people to people dalam sektor bisnis agar lebih banyak warga Gambia datang ke sini untuk berdagang, lebih banyak orang Indonesia membuka bisnis di Gambia dan sebaliknya," tutur dia.

Nilai perdagangan bilateral Indonesia-Gambia pada 2015 sebesar 25,29 juta dolar AS dengan komoditas ekspor utama minyak sawit mentah (CPO), sabun, dan makanan. 

Pewarta: Yashinta Difa P
Editor: Fitri Supratiwi
Copyright © ANTARA 2016