Palu (ANTARA News) - Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) melalui perwakilannya di Sulawesi Tengah (Sulteng) mengirimkan tim ke kota Banggai, Kabupaten Banggai Kepulauan (Bangkep), guna menyelidikan kemungkinan adanya pelanggaran HAM dalam peristiwa bentrokan antara warga sipil dengan aparat kepolisian yang terjadi Rabu (28/2). Kepala Komisi Daerah (Komda) HAM Sulteng, Dedy Askari, di Palu, Senin, mengatakan bahwa tim yang dikrimkan itu menindaklanjuti laporan dari banyak warga Banggai bahwa telah terjadi pelanggaran HAM dalam perisitiwa berdarah yang menewaskan empat warga sipil dan puluhan orang (termasuk aparat keamanan) cedera. Bentrok itu berawal dari aksi pendudukan Kantor Bupati Bangkep dan fasilitas pemerintahan lainnya di Banggai oleh ribuan massa rakyat yang menolak pemindahan kedudukan ibukota Bangkep dari Banggai ke Salakan. Menurut Askari, tim yang diterjuankan akhir pekan lalu itu sudah bekerja di lapangan untuk mengumpulkan fakta dan data terkait peristiwa bentrokan berdarah tersebut. "Jika memang tim menemukan adanya indikasi pelanggaran HAM, maka Komda HAM Sulteng akan meneruskan laporannya ke Komnas HAM di Jakarta untuk kepentingan pembentukan tim ad hoc kasus Banggai," ujarnya. Laporan awal yang masuk ke Komda HAM Sulteng, menurut dia, diantaranya menyebutkan korban Junais (34) tewas akibat penganiayaan yang dilakukan oleh polisi, sekalipun yang bersangkutan sudah dalam pengamanan dan tanpa melakukan perlawanan. Sementara itu, korban tewas lainnya akibat tembakan anggota polisi, juga terjadi ratusan meter dari Kantor Polsek yang menjadi pusat konsentrasi demonstran. "Jadi, dasar pembelaan diri dengan melumpuhkan massa, seperti yang disebutkan oleh Kapolda bertolak belakang dengan laporan awal tersebut. Tapi, informasi awal itu masih memerlukan klarifikasi di lapangan," kata Askary. Sebelumnya, Kapolda Sulteng, Brigjen Pol Badrodin Haiti, mengatakan bahwa massa yang menolak kedatangan personel tambahan (non-organik) ke Banggai menyerang Mapolsek setempat yang hanya dijaga sekitar 50 personel. "Anggota sudah melepas berkali-kali tembakan peringatan, tapi tidak digubris, sehingga anggota dengan terpaksa melakukan pelumpuhan, dan korban jiwa tak terhindarkan," katanya. (*)

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2007