Jakarta (ANTARA News) - Gubernur DKI Jakarta bersikeras menyatakan bahwa pembangunan kanal banjir timur merupakan prioritas untuk pencegahan banjir di ibukota meski ada usulan pembangunan terowongan air bawah tanah. "Kita tetap memfokuskan pada pembangunan banjir kanal timur, untuk itu kita alokasikan Rp800 miliar bagi pembangunan tersebut," kata Sutiyoso di sela-sela rapat kerja dengan Panja RUU Tata Ruang, Komisi V beserta sejumlah menteri di gedung DPR Jakarta, Senin. Dipaparkannya, dana tersebut akan segera dicairkan setelah selesainya supervisi APBD 2007 DKI Jakarta oleh Departemen Dalam Negeri. "Yang jelas bila dananya semua dipenuhi maka akhir tahun 2007 pembebasan tanah sudah dapat diselesaikan," katanya. Sementara itu hasil dari rapat konsultasi dan rapat kerja antara Komisi V DPR dengan sejumlah menteri terkait penanganan banjir di Jabodetabek dan lumpur panas Lapindo, salah satu kesimpulan yang diambil adalah memprioritaskan penyelesaian kanal banjir timur dan peninggian turap kanal banjir barat. "Komisi V DPR dan pemerintah juga sepakat mengalokasikan anggaran pembangunan infrastruktur pasca banjir pada APBN 2007 dengan sistem tahun jamak," kata Ketua Komisi V Akhmad Muqowam. DPR juga meminta agar pemerintah menetapkan mekanisme insentif dan disinsentif bagi pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan Rencana Tata Ruang dan Wilayah (RTRW). Terkait dengan wacana pembangunan terowongan air bawah tanah, Gubernur DKI menyatakan bila pemerintah pusat menilai dana yang dibutuhkan terlalu besar maka pihaknya akan menawarkan pada swasta. "Bila pemerintah pusat enggan mendanai, kita akan serahkan saja pada swasta, karena ada potensi untuk usaha pengolahan limbah," ujar Sutiyoso. Saat berbicara dalam rapat konsultasi Komisi V dan sejumlah menteri terkait penanganan banjir dan lumpur Lapindo, Gubernur menyatakan setidaknya terdapat potensi Rp1.53 triliun. "Ini bisa menjadi sebuah investasi, jadi tidak hanya sekedar penanggulangan banjir, pencegahan penurunan permukaan tanah dan pemenuhan kebutuhan air baku untuk air minum," katanya. Dipaparkan Sutiyoso, terowongan air tersebut dapat digunakan untuk menghasilkan biogas dan biosolid, hasil dari pengolahan limbah cair. "Dari retribusi air limbah bisa diperoleh Rp875 miliar, penjualan air baku Rp250 miliar, penjualan pupuk organik biosolid Rp350 miliar dan penjualan biogas Rp55 miliar, semuanya per tahun," katanya.(*)

Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2007