Banjarmasin (ANTARA News) - Gubernur Kalimantan Selatan (Kalsel), Rudy Ariffin, mengaku cemas terhadap perilaku seks di kalangan remaja, khususnya di kota Banjarmasin maupun di beberapa daerah lainnya di Kalsel. Kecemasan tersebut, antara lain ditandai dengan kecenderungan tingginya persoalan aborsi di kalangan remana, ujarnya dalam sambutan di acara Rapat Kerja Daerah (Rakerda) Program Keluarga Berencana Nasional Kalsel di Aula Abdi Persada, Banjarmasin, Selasa. Selain itu, ia khawatir, kecenderungan perilaku seks remaja saat ini juga dikhawatirkan berakibat mempercepat penularan virus dan sindroma merapuhnya kekebalan tubuh (Human Immuno-Deficiency Virus/Acquired Immuno-Deficiency Syndrome/HIV/AIDS) yang selama ini masih menghantui masyarakat. Dampak lain dari perilaku seks bebas remaja tersebut, menurut dia, juga semakin maraknya perdaran maupun penggunaan narkotika dan obat berbahaya (narkoba) di kalangan generasi muda. "Saya berharap kondisi tersebut bisa dicegah perkembangannya oleh instansi-instansi terkait melalui program-program yang langsung mengenai sasaran," katanya. Misalnya, kata Rudy Arifin, salah satu program pokok Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) tentang program kesehatan reproduksi remaja bila dilaksanakan secara maksimal akan berpengaruh guna mengatasi berbagai persoalan tersebut. Diharapkannya, para remaja asal Kalsel pada akhirnya akan menjadi generasi-generasi berkwalitas, sehat fisik, mental maupun spritual. Sementara itu, Direktur Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) Kalsel, Muhaimin, mengungkapkan bahwa kendati hingga kini belum ada data kwalitatif tentang masalah seks bebas remaja Kalsel, namun secara kasat mata sangat terlihat gejalanya. Hal itu, menurut dia, terjadi seiring dengan perubahan perilaku remaja saat ini yang lebih bebas bergaul dibanding zaman sebelumnya. "Kalau dulu laki-laki dan perempuan bergandengan tangan saja malu, tapi sekarang bila tidak berangkulan dianggap tidak gaul dan lainnya," katanya. Oleh karena itu, ia mengemukakan, para remaja perlu mendapatkan pengetahun tentang kesehatan reproduksi atau bahayanya penularan HIV/AIDS melalui hubungan seks, dan dapat menjadi bagian dalam kurikulum di sekolah. Pendidikan kesehatan reproduksi ini, dinilainya, bukan untuk mengajari siswa untuk berhubungan seks atau lainnya, tetapi untuk memberikan pelajaran lebih dini tentang bahaya melakukan seks bebas. "Intinya, jangan menabukan pendidikan seks pada anak, karena biasanya hal-hal yang ditutupi membuat para remaja penasaran dan cenderung ingin mencoba," demikian Muhaimin. (*)

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2007