Surabaya (ANTARA News) - Perancis melalui duta besarnya di Indonesia, Mme Catherine Boivineau, sedang menjajaki kerjasama riset (penelitian) energi dengan Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya. "Perguruan tinggi merupakan lembaga yang spesial bagi kami. Karena itu, kami mengembangkan kerjasama dengan perguruan tinggi, termasuk dengan ITS dalam bidang energi," ujarnya di kampus ITS Surabaya, Selasa. Di sela-sela memimpin delegasi Perancis untuk menghadiri seminar tentang pemanfaatan energi itu, ia menjelaskan, pihaknya akan bekerjasama dengan ITS dalam riset energi atau minyak dan gas (migas) serta pemberian beasiswa studi di Perancis. "Kerja sama itu sudah ditandatangani Total Energy & Petroleum Indonesie (Total E & P Indonesie --perusahaan minyak Perancis) untuk pemberian beasiswa bagi mahasiswa dan dosen guna belajar Perancis, kemudian mahasiswa juga dapat magang di perusahaan itu," paparnya. Menurut Humas Total E & P Indonesie, Ananda Idris, delegasi Perancis, juga mengajak tiga pakar perminyakan Perancis yakni Alain Lepage, Max Mille, dan Pierre Rene Bauquis untuk menularkan ilmu kepada sivitas akademisi ITS. "Ketiga pakar itu masing-masing memiliki keahlian di bidang ekonomi energi, geologis, dan ahli konstruksi. Mereka akan menularkan ilmu tentang upaya mencari minyak di laut dalam, termasuk di Indonesia," tegasnya. Selain itu, ucapnya, pihaknya juga sudah menandatangani kerja sama selama tiga tahun dengan ITS untuk riset migas dan pengiriman mahasiswa studi ke Perancis dengan beasiswa Total E & P Indonesie. "Tapi, kami memberlakukan syarat untuk mahasiswa yang akan studi ke Perancis, yakni mereka harus kembali ke Indonesia dan bukan justru bekerja di Petronas (Malaysia) atau perusahaan minyak di Timur Tengah setelah lulus," ucapnya, menegaskan. Menanggapi tawaran itu, Pembantu Rektor (PR) III ITS Surabaya, Dr Ir Achmad Jazidie M.Eng menyambut dengan senang hati dan akan menindaklanjutinya pada tahun ajaran 2008. "Tawaran Perancis itu merupakan sebuah pengakuan dan kepercayaan dari dunia internasional terhadap ITS. Karena itu, kami akan menindaklanjutinya," ungkapnya, didampingi Dekan Fakultas Teknologi Industri (FTI) ITS Dr Ir Triyogi Yuwono DEA. Seminar juga dihadiri Konsul Perancis di Surabaya, Herve Mascarau, sedangkan Menteri Energi dan Sumberdaya Mineral (ESDM) Prof Purnomo Yusgiantoro MSc MA PhD tidak hadir. Namun, seminar diwarnai dengan aksi unjuk rasa sekitar 25 mahasiswa dan alumni dengan menggelar "seminar jalanan" di pintu rektorat ITS untuk menolak kedatangan Menteri ESDM dan menuduh ITS menjadi "alat" Lapindo.(*)

Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2007