Padang (ANTARA News) - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) termasuk Menko Kesra Aburizal Bakrie dan sejumlan menteri dijadwalkan, Rabu datang ke Sumbar, dan langsung menuju kota dan kabupaten terparah diguncang gempa tektonik berkekuatan 5,8 SR, Selasa. "Presiden juga dijadwalkan mengunjungi korban bencana gempa, namun jadwalnya belum dapat dipastikan. Kita masih menunggu kepastiaannya," kata Sekda Sumbar, Yohanes Dahlan kepada ANTARA News, Selasa malam. Presiden beserta rombongan dijadwalkan Rabu pagi mendarat di BIM Padang Pariaman, Sumbar, dan langsung menuju Kab Solok, Kota Solok dan Padang Panjang. Terkait jumlah korban meninggal, ia menyatakan, kini masih terus dalam pendataan dari berbagai daerah yang dilanda gempa itu. "Data terinci belum semua masuk," katanya dan menambahkan, jumlah korban meninggal 69 orang masih terus diidentifikasi. Begitu juga jumlah korban yang luka-luka dalam jumlah besar karena patah tulang itu. Evakuasi korban masih terus dilakukan, didukung satuan dari Polri dan TNI serta warga setempat. Sementara itu, wartawan ANTARA dari sejumlah kota dan kabuopaten terparah diguncang gempa tektonik itu melaporkan, di Kota Padang Panjang, Solok masih dirasakan adanya gempa susulan, kendati kekuatannya mulai melemah. Warga masih tetap bertahan menginap di tenda-tenda dan masih takut masuk ke dalam rumahnya. Warga masih belum berani masuk rumah, apalagi untuk menanak nasi atau lauk pauk lainnya, seperti di sejumlah nagari di Padang Panjang, kini masih bertahan diluar rumah, kendati cuaca tarasa dingin. Di Bukittinggi, juga satu kota berhawa sejuk, warga cukup banyak bertahan di luar rumah. Tenda-tenda yang dibangun pada sejumlah lokasi dipenuhi pengungsi yang rumahnya rusak akibat diguncang gempa itu. Tercatat empat korban yang meninggal dunia, dan 42 warga menderita dominan patah tulang akibat tertimpa material bangunan rumahnya yang rubuh diguncang gempa pada siang hari Selasa itu. Tiap wilayah kecamatan di Kota Bukittinggi dibangun unit Posko sekaligus dilengkapi bangunan tenda dan pelayanan kesehatan yang jika tidak bisa ditangani langsung dirujuk pada rumah sakit di Kota Bukittinggi, yang semua biayanya ditanggung pemerintah kota setempat.(*)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2007