Jakarta (ANTARA News) - Perbankan siap membiayai sektor Industri Tekstil dan Produk Tekstil (TPT) Indonesia untuk bangkit kembali, dengan syarat pengusaha sektor ini harus lebih percaya diri dalam mengembangkan industri mereka tersebut. "Secara umum bank ingin TPT bangkit kembali, tetapi pengusahanya harus percaya diri dulu, baru bank dapat mengucurkan dana," kata Ketua Umum Perbanas, Sigit Pramono, di Jakarta, Rabu. Menurut Sigit, bank menganggap pembiayaan di sektor TPT masih beresiko karena dalam sejarahnya, masalah di sektor ini cukup tinggi. Namun, dia mengatakan, secara umum NPL (Non Performing Loan) sudah membaik sehingga perbankan sudah siap membiayai industri TPT. Adanya restrukturisasi kredit dari industri tekstil membuat NPL (kredit bermasalah) turun drastis dari 42 persen menjadi 14 persen pada akhir 2006. Dia mengatakan bank akan membiayai kalau industri tersebut dapat menyakinkan bahwa investasi ini akan membawa keuntungan. Akan tetapi, sambungnya, harus tetap diperhatikan kalau ada goyangan baru. Sebagai contoh, ia menyebutkan bahwa pada tahun 2005 industri ini sempat goyang karena masalah BBM dan pengusaha pun menjerit sehingga pembayaran kepada bank terganggu. Dia mengatakan rencananya penyaluran dana perbankan untuk industri tekstil tahun ini akan ditumbuhkan 20 persen seperti industri lainnya. Di sektor pengolahan, tekstil mendapat penyaluran dana perbankan cukup besar dibandingkan lainnya. Namun demikian, ia mengingatkan banyak yang harus diperbaiki di dalam industri tekstil. Selain produktivitas masih rendah, juga diperlukan modernisasi mesin karena saat ini mesin yang digunakan sudah berusia lebih dari 20 tahun. Belum lagi persaingan TPT cukup tinggi dengan TPT asing seperti Thailand, Vietnam, dan Kamboja, ujar dia. "Sekarang kalau beli pakaian di `Factory Outlet` di Bandung, `factory-nya` ada di Cina. Ini yang merisaukan kita," ujar dia.(*)

Editor: Heru Purwanto
Copyright © ANTARA 2007