Mamuju (ANTARA News) - Isu kemaritiman menjadi topik utama dalam kegiatan Kongres Kebudayaan Mandar yang nantinya akan dibuka Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Anies Baswedan pada akhir Mei 2016 di Mamuju ibukota Provinsi Sulawesi Barat.

"Pokok bahasan utama dalam kongres budaya ini adalah tentang kebudayaan masyarakat maritim Mandar. Insya Allah, Pak Anies Baswedan direncanakan membuka secara resmi kongres kebudayaan Mandar dengan mengambil tema Kebudayaan Maritim Mandar, masa lalu, hari ini dan masa depan," kata Ketua Dewan Kebudayaan Mandar, Muhaimin Faisal di Mamuju, Minggu.

Menurut dia, pihaknya menargetkan jumlah peserta yang akan hadir lebih dari 300 orang berasal dari beragam latar belakang pendidikan, profesi dan keahlian khususnya di bidang kebudayaan dan kemaritiman.

"Selain acara inti yakni membahas tentang Kebudayaan Maritim Mandar, di kongres mendatang juga akan diisi dengan pameran buku, literasi media, ceramah ilmiah dan pameran foto," ungkapnya.

Lebih lanjut Muhaimin menjelaskan pihaknya telah menjalin komunikasi dengan kementerian Pendidikan dan Kebudayaan terkait rencana pembukaan acara kongres kebudayaan oleh Menteri Anies Baswedan.

Ia menyebutkan, kongres ini membicarakan tentang keberadaan peradaban maritim Mandar juga tidak dapat dipisahkan dengan peristiwa permusyarwaratan yang diselenggarakan di Luyo Tabasalah yang menghasilkan perjanjian Allamungan Batu di Luyo.

Isi pokok perjanjian itu adalah kesepakatan bersama untuk menjamin ketentraman kerajaan-kerajaan persekutuan. Itulah sebabnya pengaturannya adalah Pitu Ulunna Salu (Tujuh Kerajaan Hulu Sungai) mengemban kewajiban menangkal musuh yang datang dari arah pedalaman sementara Pitu Babana Binanga (Tujuh Kerajaan Muara Sungai) menangkal musuh yang datang dari arah laut.

Persekutuan itu diibaratkan bagaikan sebuah pupil mata yang terpadu warna hitam dan putih, paduan yang mengfungsikan mata. Perjanjian Luyo ini kemudian dikenal dengan istilah Sipamandar yang berarti saling kuat menguatkan. Suatu perjanjian yang mirip dengan perjanjian pakta pertahanan di era moderen saat ini.

Pentingnya memahami sejarah kebudayaan maritim ini adalah untuk merekonstruksi dinamika kebudayaan maritim di Nusantara yang pernah jaya di masa lampau, jauh sebelum kolonialisme tiba di Nusantara. Kota-kota kerajaan yang berada di pesisir pantai di wilayah Sulawesi Barat ini dulunya adalah kota-kota pelabuhan yang menjadi titik simpul perdagangan laut yang juga menjadi tempat berkumpulnya kapal-kapal dagang dari berbagai wilayah di dunia.

Ironisnya setelah kemerdekaan perhatian pemerintah terhadap sektor kemaritiman justru minim dibanding pada sektor lainnya.

Koordinator pengarah (steering committee) Kongres Kebudayaan Mandar, Asmadi Alimuddin menambahkan tema kongres tentang kemaritiman sesuai dengan 7 (tujuh) Misi Pembangunan Nasional Jokowi-Jusuf Kalla sebagai penjabaran dari Visi Pembangunan Nasional Tahun 2015 - 2019 yakni pada poin Enam di antaranya mewujudkan Indonesia menjadi negara maritim yang mandiri, maju, kuat, dan berbasiskan kepentingan nasional.

"Kami mengajak seluruh masyarakat, pemerintah, media massa, pihak swasta, seniman, budayawan, kalangan akademisi, pegiat dan aktivis budaya serta kalangan profesional untuk bekerjasama mensukseskan pelaksanaan kongres ini," Kata Asmadi.

Pewarta: Aco Ahmad
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2016