Berbeda dengan Pilkades di desa lain, di Desa Nagrak, Kecamatan Gunung Putri, pemilihan terlihat riuh. Sejumlah pejabat seperti Kapolda Jabar Irjen Pol Sunarko DS, Kapolwil Bogor Kombes Pol Sukrawardi Dahlan, Bupati Bogor, Agus Utara Effendi, serta penjagaan ketat Pasukan Pengamanan Presiden (Paspampres) terlihat. Pilkades di Desa Nagrak itu merupakan bagian dari acara pilkades yang dilakukan serentak di sekitar 220 desa di Kabupaten Bogor, Minggu. Di lapangan sepakbola desa setempat yang becek akibat hujan yang mengguyur desa itu malam sebelumnya, berdiri kokoh empat tenda berwarna putih laiknya tempat hajatan. Empat tenda itu terdiri atas dua tenda yang saling berhadapan yang berisi 12 bilik pemilih, satu tenda untuk menunggu giliran memilih dan satu tenda dengan panggung besar tempat tiga calon kepala desa duduk mengamati jalannya pemungutan suara. Antrian warga yang telah dimulai sejak pukul 07.30 WIB pun tidak berkurang ketika hari beranjak siang karena sebagian besar warga yang belum maupun sudah memberikan suara tetap bertahan di lapangan. Akibatnya, kerumunan warga tumpah ruah hingga ke jalan-jalan di sekitar lapangan. "Mau lihat Presiden SBY," kata Enung (37), ibu rumah tangga warga setempat yang datang ke Tempat Pemungutan Suara (TPS) bersama tiga orang anaknya yang bahkan belum cukup umur untuk ikut memberikan suara. Rupanya berita bahwa Presiden Susilo Bambang Yudhoyono beserta keluarga akan memberikan suara dalam Pilkades pada Minggu pagi itu telah didengar oleh warga sejak satu pekan sebelumnya sehingga ketika saatnya tiba, berbondong-bondong mereka mendatangi TPS untuk sekadar menyaksikan dari dekat wajah orang nomor satu Indonesia itu. Rasa ingin tahu tentang presidennya secara lebih dekat bahkan sempat mengakibatkan, setidaknya, lebih dari 10-an orang pingsan akibat berdesakan dan berebut masuk ke lokasi TPS dengan ribuan warga lainnya di pagi yang terik itu. Kebanyakan warga yang pingsan adalah kaum ibu-ibu namun tampaknya situasi tersebut telah diperhitungkan sebelumnya sehingga sejumlah petugas kesehatan yang bersiaga di sekitar lokasi dapat langsung memberikan pertolongan. Presiden Yudhoyono yang disertai ibu negara Ani Yudhoyono dan putera bungsunya Edhie Baskoro Yudhoyono, ikut antrian guna memilih tiga kandidat Kades yang berlaga yakni H Boin Sugiri, H Nurdin, dan Dudung Dumiati pada pukul 10.00 WIB. Dari jumlah warga sebanyak 7.347 yang terdaftar sebagai pemilih, Presiden Yudhoyono mendapat nomor urut 3.916, Ibu Ani Yudhoyono nomor 3.917 dan Edhie Baskoro Yudhoyono nomor 3.919, sedangkan putra sulung Presiden, Agus Harimurti Yudhoyono tidak tampak dalam rombongan karena sedang bertugas di Lebanon. Dengan pengawalan ketat dari Paspampres, Polri, dan TNI, Presiden memasuki lokasi TPS yang berjarak sekitar 300 meter dari kediaman Presiden, yang telah dipenuhi oleh puluhan wartawan dari televisi, media cetak, dan radio untuk mengabadikan peristiwa itu. Setelah diberi penjelasan oleh petugas, Presiden dan Edhie Baskoro segera mengambil surat suara di dekat pintu sebelah kanan, sedangkan ibu Ani Yudhoyono mengambil surat suara di dekat pintu sebelah kiri. Panitia Pilkades menyediakan enam bilik suara di bagan kiri untuk pemilih laki-laki serta enam bilik suara di bagian kanan untuk pemilih perempuan. Di depan kotak suara, sebelum memasukkan kertas suara, Presiden mengangkat kertas suara sambil tersenyum, sebuah momentum yang tidak disia-siakan oleh para juru foto dan kamera. Sejak kedatangan, selama proses memberikan suara, sampai keluar dari TPS Pilkades Desa Nagrak, ribuan warga setempat berdesak-desakan, ingin melihat Presiden dan keluarganya dari dekat. Sebagian dari mereka ada yang berusaha untuk bisa berjabat tangan dan ada yang merasa sudah cukup dengan hanya menyaksikannya dari dekat ataupun dari jarak jauh. Contoh Demokrasi Sesaat setelah memberikan suara, Presiden Yudhoyono mengatakan bahwa jika pemilihan kepala desa berlangsung tertib, jujur dan adil maka setiap desa dapat memberikan contoh kehidupan demokrasi yang baik. "Harapan saya (pemilihan) ini bisa berjalan secara tertib, jujur dan adil dengan demikian dari desapun bisa memberi contoh kehidupan demokrasi yang baik untuk dikembangkan di negeri ini," katanya. Menurut Presiden, sebagai warga desa Nagrak, dia dan keluarganya wajib menggunakan hak pilih untuk kepentingan yang baik, termasuk kegiatan demokrasi berupa Pilkades. Kepala negara mengatakan bahwa dia dan keluarganya telah mengetahui latar belakang masing-masing calon termasuk visi dan misinya jika terpilih memimpin desa itu. "Atas dasar itulah kami masing-masing menentukan pilihan, namun saya tidak tahu apa yang dipilih oleh istri dan anak saya di ruang tertutup tadi," katanya. Pada kesempatan itu Presiden berpesan kepada siapapun kepala desa terpilih agar menjalankan tugas dan kewajiban dengan baik. Kepala desa terpilih, lanjut Presiden, hendaknya dapat mempertahankan segala perubahan sosial yang baik seperti kehidupan beragama, toleransi, gotong royong serta mempertahankan harmoni desa itu. Presiden juga meminta agar kepala desa terpilih tidak mempersulit warga dalam hal pengurusan KTP atau surat lainnya. "Saya menyeru mulai dari desa ini dan juga untuk daerah-daerah lain mengembangkan desa yang berseri, yaitu bersih, sehat, rapi dan indah," katanya. Sebelum meninggalkan TPS, Presiden sempat meladeni keinginan sejumlah reporter cilik dari sebuah televisi khusus anak-anak untuk berbincang-bincang. Presiden dan Ibu Negara bahkan sempat mengajak anak-anak itu untuk menyanyikan lagu "Lihat Kebunku" yang kemudian diikuti oleh puluhan warga yang berada di sekitar lokasi. Presiden beserta rombongan meninggalkan TPS sekitar pukul 10.25 WIB. Seusai kunjungan Presiden, menurut Ketua Panitia Pilkades Endang Mustapa, kegiatan pemungutan suara terus berlangsung sesuai jadwal hingga pukul 13.00 WIB itu, yang kemudian dilanjutkan dengan penghitungan suara mulai pukul 14.00 WIB hingga selesai. Sebelum meninggalkan lokasi Presiden sempat menghampiri warga yang disambut dengan teriakan, "Pak SBY sini pak" bersahut-sahutan.(*)

Oleh Oleh Gusti Nur Cahya Aryani
Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2007