Jakarta (ANTARA News) - PT Garuda Indonesia (Garuda) menegaskan bahwa pihak manajemen sama sekali tidak merasa resah, menyusul ancaman puluhan pilot Badan Usaha Milik negara (BUMN) penerbangan itu keluar dan pindah ke maskapai lain, karena minimnya kesejahteraan dan dugaan tidak harmonisnya hubungan mereka dengan direksi saat ini. "Kami tidak resah, karena disamping jumlah pilot kami masih pas, juga karena belum ada satu pun mereka secara resmi mengajukan pengunduran diri untuk keluar dari Garuda," kata Direktur Operasi Garuda, Capt. Ari Sapari, kepada pers di sela-sela Doa Bersama untuk Korban GA-200 di Jakarta, Rabu. Penegasan tersebut disampaikannya terkait dengan pernyataan pengurus Asosiasi Pilot Garuda bahwa ada sekira 60 hingga 70 pilot Garuda bersiap keluar, karena minimnya kesejahteraan dan situasi yang kurang harmonis terhadap kepemimpinan Direksi Garuda di bawah Direktur Utama, Emirsyah Satar. Menurut Ari, Garuda saat ini dengan total armada sebesar 48 unit cukup tenang memiliki pilot sebanyak 628 orang. "Secara matematis pas, dan tahun ini kami berniat merekut pilot baru 25 hingga 50 orang," katanya. Oleh karena itu, tegasnya, Garuda sama sekali tidak kuatir dengan ancaman semacam itu. "Apalagi, kami sedang bersiap meningkatkan kesejahteraan mereka secara bertahap, terutama dari sisi non-gaji," katanya. Ia mencontohkan, saat ini sudah berjalan kebijakan insentif bagi pilot-pilot berprestasi, misalnya seorang pilot yang mampu menghemat bahan bakar tanpa melanggar regulasi, maka ada prosentase tertentu dari selisih bahan bakar yang direncanakan dengan realisasi. "Kalau rencananya 100 liter, ternyata mampu ditekan hingga 60 hingga 70 liter, maka dia berhak prosentase dari kelebihan 30 persen yang berhasil dihemat," katanya. Namun, Ari enggan merinci besaran gaji para pilot Garuda lantaran dirasanya tidak etis. "Yang pasti, tidak sampai Rp40 juta per bulan," katanya. Selain itu, Ari menyampaikan rencana Garuda untuk tetap menambah armada pada tahun ini, yakni dua pesawat baru jenis Boeing (B)-737-800 NG, sehingga total pesawat tipe sejenis menjadi empat. "Namun, dalam jangka pendek ini, kami tetap mencari dua atau tiga pesawat Boeing series 300, 400 atau 500 klasik pada tahun ini. Fokusnya, satu harus segera didapat untuk menggantikan satu pesawat yang mengalami musibah di Bandara Adi Sutjipto beberapa waktu lalu," katanya. Sementara itu, Direktur Keuangan Garuda, Alex Maneklaran, menyatakan bahwa Garuda pada 2009 juga merencanakan pengadaan pesawat baru langsung dari pabrikan Boeing jenis 737-NG. "Kontraknya sudah diteken pada 1996 dengan total uang muka senilai 23 juta dolar AS, dan pengiriman pesawat mulai 2009," kata Alex menambahkan. (*)

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2007