Dubai, Uni Emirat Arab (ANTARA News) - Arab Saudi menangkal satu misil balistik yang diluncurkan dari Yaman, Senin (Selasa WIB), namun koalisi militer pimpinan Saudi menyatakan akan mempertahankan gencatan senjatanya meski ada "peningkatan serius" dari kelompok Houthi dan sekutunya menurut kantor berita nasional Arab Saudi, SPA.

Kelompok Houthi yang didukung oleh Iran dan pemerintahan Yaman yang diasingkan yang didukung oleh Arab Saudi berusaha mencapai kesepakatan damai dalam pertemuan di Kuwait yang bertujuan untuk mengakhiri perang satu tahun dan meringankan krisis kemanusiaan di negara termiskin di Semenanjung Arab itu.

Koalisi pimpinan Arab Saudi melibatkan diri di Yaman satu tahun lalu, terutama dengan menggunakan serangan udara untuk mendukung pemerintah Yaman.

Sebuah gencatan senjata sementara yang didukung oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) telah diberlakukan sejak bulan lalu untuk memberikan kesempatan dilangsungkannya pertemuan damai di Kuwait. Namun kedua belah pihak seringkali menuduh lawan mereka melakukan pelanggaran.

Pemerintah Yaman ingin Houthi dan pasukan yang setia pada mantan Presiden Ali Abdullah Saleh untuk menyerahkan persenjataan mereka dan mundur dari kota yang mereka kuasai tahun lalu.

Pasukan pertahanan udara Arab Saudi menghancurkan misil itu tanpa sempat menyebabkan kerusakan menurut koalisi tanpa memberikan penjelasan terkait misil itu maupun sasarannya. Sejumlah kejadian serupa terjadi secara rutin dalam beberapa bulan terakhir.

"Koalisi mengumumkan bahwa mereka akan terus mempertahankan gencatan senjata" dan menyampaikan kembali bahwa mereka mempertahankan hak untuk menanggapi itu dengan langkah yang pantas menurut laporan SPA.

Juru bicara pasukan Yaman yang bertempur bersama Houthi, Sharaf Luqman, mengatakan bahwa misil itu diarahkan ke pangkalan militer si Khamees Mushait, bagian barat daya Arab Saudi yang juga menjadi sasaran sebelumnya.

Misil itu merupakan langkah tanggapan terhadap serangan udara koalisi di Yaman sejak awal gencatan senjata yang telah menewaskan dan melukai sejumlah korban, kata Luqman kepada Saba, kantor berita Houthi.

Dia mengatakan bahwa meskipun demikian pasukannya masih berkomitmen terhadap gencatan senjata namun masih akan tetap menanggapi jika ada penyerbuan.

Koalisi pimpinan Arab Saudi mengakhiri gencatan senjata sebelumnya pada Januari, menyatakan bahwa musuh mereka telah menembakkan sejumlah misil yang menyasar beberapa pos perbatasan dan menyerang wilayah sipil dimana Houthi melawan pasukan Yaman yang pro-Arab Saudi.

Pada Senin, para perwakilan dari pemerintah Yaman dan Houthi bertemu di Kuwait, dan seorang duta khusus dari PBB mendesak mereka untuk berusaha menghentikan perang yang telah menewaskan lebih dari 6.200 orang dan memaksa 2,5 juta orang lainnya mengungsi.

"Tidak diragukan lagi bahwa kami berada di persimpangan. Kami entah mengarah kepada perdamaian atau kembali ke titik awal," Ismail Ould Cheikh Ahmed, duta khusus PBB itu mengatakan dalam sebuah pernyataan.

"Apa yang saya dengar dari kedua belah pihak terdengar menjanjikan, namun kami tidak boleh lupa bahwa tantangannya besar dan perbedaan di antara mereka itu lebar," ujarnya seperti dilansir kantor berita Reuters. (Uu.KR-MBR)

Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2016