Jakarta (ANTARA News) - Pengamat Militer CSIS, Dr Kusnanto Anggoro, berpendapat ketidakperdulian merawat wilayah sendiri dan adanya sikap ingkar dari keharusan menjaga martabat kedaulatan RI, telah menjadikan para tetangga semakin berani mengganggu teritori kita. Kusnanto mengungkapkan itu, di Jakarta, Kamis, menanggapi kenyataan di lapangan, Malaysia tetap saja ngotot mengganggu wilayah RI, khususnya di Ambalat. Ditanya pendapatnya apakah sudah perlu aksi diplomatik lebih serius atau militer, Kusnanto Anggoro menjawab ringkas: `Diplomacy is the first line of defence`. Jadi, menurut Kusnanto, harus tetap cari solusi diplomatik. "Tapi, diplomasi efektif harus ditopang kemampuan penangkal yang handal. Jadi pertahanan juga harus diperkuat," katanya yang memberikan indikasi belum sesuai harapannya keadaan sistem pertahanan RI saat ini untuk mengawal wilayah kedaulatannya. Diplomasi dan Militer Kusnanto Anggoro lalu menunjuk satu hal paling vital yang tidak pernah dilakukan apalagi disentuh, padahal aspek ini sangat urgen dalam konteks menjaga keutuhan, kedaulatan serta martabat wilayah NKRI. "Yang kita tidak lakukan adalah mengintegrasikan strategi pertahanan dengan strategi diplomasi. Sejak 1980-an, tak ada strategi pertahanan yang handal. Tak ada arah rencana pengembangan pertahanan yang kredibel untuk melindungi wilayah negara," ungkap Kusnanto. Lebih buruk lagi, Indonesia baru merasa punya wilayah, ketika orang lain mengklaim atau menjarah wilayah itu. "Lebih ironis lagi, ketika tidak ada apa-apa, kita juga tidak perduli merawat wilayah kita. Kita ingkari sendiri keharusan jaga martabat," tukas Kusnanto. (*)

Copyright © ANTARA 2007