Jakarta (ANTARA News) - Ekonomi nasional saat ini tumbuh tanpa didukung sektor riil yang bisa memberikan lapangan pekerjaan baru bagi masyarakat, sehingga pertumbuhannya kurang berkembang lebih jauh, kata Direktur Utama Currency Management Group, Farial Anwar. "Sulitnya pertumbuhan ekonomi itu, karena investasi asing yang masuk ke pasar domestik bukan dalam jangka panjang, tapi dalam jangka pendek, mengakibakan ekonomi nasional berjalan dengan lambat, " kata pengamat ekonomi tersebut di Jakarta, Kamis. Menurut spesialis pasar uang tersebut, ekonomi nasional akan bisa tumbuh apabila perbankan aktif menyalurkan kreditnya kepada masyarakat dan masuknya investor asing ke pasar domestik melakukan investasi dalam jangka panjang. "Karena investasi jangka panjang akan membuka lapangan pekerjaan bagi masyarakat yang gilirannya akan memicu daya beli masyarakat meningkat," katanya. Perbankan, menurut dia, pada tahun ini merencanakan pertumbuhan kredit hingga mencapai 23 persen atau lebih tinggi dibanding 2006. Namun, laporan otoritas moneter melaporkan "undisburstment loan" (pinjaman/kredit yang sudah disetujui tetapi tidak ditarik/digunakan) perbankan pada awal 2007 ini meningkat dibanding awal tahun 2006. Pinjaman yang tidak digunakan mencapai Rp179 triliun pada Januari 2007, sementara pada Januari 2006 hanya Rp143 triliun. Menurut dia, kondisi tersebut menunjukkan bahwa kepercayaan masyarakat terhadap perbankan dan terhadap prospek perekonomian masih "fragile" (rentan). Meski demikian, perbankan diharapkan tetap memberikan kontribusi yang lebih besar dalam peningkatan pertumbuhan investasi pada tahun 2007, katanya. Pertumbuhan ekonomi Indonesia saat ini, dinilainya, sulit untuk bisa dikatakan berkualitas, karena sektor riil hingga saat ini masih belum bergerak dan pertumbuhan yang terjadi hanya didukung oleh sektor-sektor perdagangan sumber daya alam yang langsung ekspor tanpa ada ada perluasan lapangan kerja. Apalagi, ia mengemukakan, di dalam negeri sering terjadi bencana alam yang sulit diatasi seperti banjir, gempa, tanah longsor dan luapan lumpur panas, sehingga para investor asing tidak berkenan untuk masuk ke pasar domestik dalam jangka panjang. Investor asing sebenarnya sudah masuk kepasar domestik, namun mereka hanya bermain di pasar modal maupun pasar uang, mereka hanya menempatkan dana investasi untuk mencari untung dalam waktu yang tidak lama, ucapnya. Selain itu, pemerintah juga harus menempatkan dana APBN ke sektor produktif dan mampu membenahi diri untuk menarik investor asing masuk ke pasar domestik dengan membuat iklim investasi yang nyaman, dan kepastian hukum yang terjamin. "Apabila semua itu bisa dilakukan dengan baik, maka diperkirakan investor asing juga akan mau menginvestasikan dananya di dalam negeri, apalagi Indonesia dinilai masih merupakan tempat yang lebih baik untuk investasi dana mereka," tuturnya. Ia mengatakan, peluang investor asing masuk sebenarnya tinggi, namun pemerintah juga harus meresponnya dengan membuat kondisi di dalam negeri aman, tenteram dan nyaman, sehingga mereka tidak khawatir dengan dana yang ditempat di Indonesia. Pemerintah sebenarnya sudah melakukan berbagai perbaikan dalam upaya menarik investor asing, namun kalah gesit dengan negara Asia lainnya yang juga berusaha menarik investor asing menginvestasikan dananya ke pasar, katanya menambahkan. (*)

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2007