Jakarta (ANTARA News) - Pelatih tim nasional Turki, Fatih Terim, mendapat julukan "kaisar" setelah tiga periode menukangi negara tersebut dan mempersembahkan beberapa kesuksesan besar.

Putaran final Euro 2016 di Prancis akan menjadi turnamen akbar pertama Turki dalam delapan tahun terakhir. Negara ini pernah memiliki catatan impresif di level internasional, saat melaju hingga semifinal Euro 2008. Sebagian besar performa impresif Turki muncul ketika ditangani Terim.

Para fans berharap, penampilan apik Turki dapat kembali hadir di Euro 2016 di bawah tangan dingin Terim, seorang pelatih yang juga dihormati berbagai tokoh politik negara tersebut.

Selama tiga dekade karir kepelatihannya, Terim menjadi tokoh yang dihormati di Turki sehingga mendapat julukan Imperator (kaisar) dan Commedatore.

"Saya berharap kami mampu mengulangi bahkan membangun kesuksesan dari (Euro) 2008. Fakta bahwa Turki akan berlaga di Prancis adalah sebuah kisah kesuksesan. Kami ingin bermain di final," ungkap Terim bulan lalu.

Memiliki sejumlah bintang seperti Arda Turan dari klub Barcelona, Turki akan menjadi lawan tangguh, namun tetap harus lolos dari grup neraka, yaitu grup D, yang dihuni tim-tim besar seperti Kroasia, Spanyol dan Republik Ceko.

"Kami berada di sebuah grup yang sulit. Ini grup yang berkualitas," kata Terim.

Menyatukan negara

Menjadi figur nasional yang melampaui pekerjaannya di industri sepak bola, Terim menyerukan persatuan setelah terjadi sejumlah serangan militan, termasuk bom mobil pada Maret di Ankara yang menewaskan ayah dari bintang Galatasaray Umut Bulut.

"Negara kita merupakan tempat di mana ayah dan ibu seharusnya pergi bekerja dengan bahagia setiap pagi, dan anak-anak bahagia pergi ke sekolah. Di mana semua orang ingin bangun dengan cahaya dan matahari, " tutur Terim.

"Kita semua harus bekerja untuk hal ini. Saya menginginkan Turki yang menyatukan semua orang dan bersatu melawan teror ini," katanya.

Terim memiliki hubungan yang hangat dengan Presiden Recep Tayyip Erdogan - yang menyebutnya "Fatih Hoca" (Fatih Sang Guru). Terim  meminta masyarakat untuk menunjukkan sikap saling menghormati di kehidupan yang semakin terpolarisasi.

Semasa menjadi pemain, Terim adalah seorang bek tengah berbakat dan memperkuat tim nasional Turki selama satu dekade pada 1975 hingga 1985.

Dia kemudian melanjutkan karier sebagai pelatih tim nasional pada 1993, membawa skuatnya ke putaran final Kejuaraan Eropa untuk pertama kalinya pada 1996.

Tahun 1996-2000, Terim memutuskan menangani klub Galatasaray dan memenangkan liga selama empat tahun berturut-turut.

Salah satu prestasi terbaiknya adalah ketika meraih trofi UEFA Cup pada 2010, dengan mengalahkan Arsenal. Kesuksesan tersebut merupakan pencapaian terbaik dalam sejarah sepak bola Turki untuk level klub.

Dengan popularitas yang meroket, Terim memutuskan hengkang ke Italia. Namun, masa kepelatihannya bersama Fiorentina dan Milan hanya sesaat plus mengecewakan.

Dia akhirnya kembali ke Galatasaray tetapi dewi fortuna juga belum berpihak kepadanya. Terim gagal mengangkat permainan anak asuhannya.

Ulangi sukses Euro 2008?

Tahun 2005, Terim kembali menangani timnas Turki untuk periode kedua. Hasilnya, negara tersebut gagal tampil di Piala Dunia 2006, namun tampil luar biasa di Euro 2008, membawa kembali memori kejayaan ketika Turki berhasil menduduki peringkat ketiga Piala Dunia 2002.

Seperti semangatnya yang tak pernah padam, skuat asuhan Terim berulang kali tertinggal lebih dulu dan terus melaju sebelum terhenti di babak empat besar. Di semi final, Turki memberikan perlawanan sengit kepada Jerman, yang baru bisa mengunci kemenangan pada menit-menit akhir pertandingan.
 
Terim kemudian memutuskan mundur pada 2009 setelah gagal membawa Turki ke Piala Dunia 2010. Dia pun kembali menukangi Galatasaray untuk ketiga kalinya dan mempersembahkan dua gelar liga.

Namun, sang "kaisar" sepertinya memang ditakdirkan bersama tim nasional Turki, yang kembali ia latih pada 2013 sekaligus memasuki periode ketiganya.

Nama Terim tetap memiliki pengaruh besar di Galatasaray - yang tampil buruk dalam beberapa tahun terakhir. Sejumlah kabar berhembus bahwa ia kembali melatih Galatasaray setelah perhelatan Euro 2016.

Sumber: AFP

Penerjemah: Try Reza Essra
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2016