Kuala Lumpur (ANTARA News) - Mantan Wakil Perdana Menteri (PM) Malaysia, Anwar Ibrahim, berjanji akan kembali ke kancah politik, meski dirinya dilarang memegang jabatan publik, kata seorang pembantunya, Jumat.
Anwar telah menaikkan profil internasionalnya lewat wawancara dengan BBC di London (Inggris), Kamis, dan menurut rencana jaringan televisi Al Jazeera juga akan mewawancarainya di Washington DC, Amerika Serikat (AS) akhir bulan ini.
"Kami ingin menyampaikan sinyal kuat bahwa ia serius kembali ke kancah politik di Malaysia, khususnya karena ia akan bertarung menduduki jabatan ketua umum partai," kata Nik Nazmi Nik Ahmad, asisten khusus Anwar, kepada AFP.
Dalam wawancara dengan BBC, Anwar mengatakan, dirinya tidak punya pilihan kecuali kembali ke kancah politik.
"Saya kira kami siap melakukan perubahan. Malaysia telah kehilangan daya saing. Korupsi sudah mewabah, jauh lebih jelek daripada sebelumnya," kata Anwar.
Ia menambahkan, juga telah terjadi ketegangan rasial yang meningkat.
Anwar diyakini bakal menjadi pengganti mantan pemimpin Mahathir Mohamad hingga 1998, namun tiba-tiba dirinya dipecat setelah dituduh melakukan sodomi dan korupsi, sehingga mengakibatkan dipenjara selama enam tahun.
Keputusan untuk memenjarakan Anwar terkait kasus sodomi telah dibatalkan, namun keputusan tentang keterlibatannya dalam tindak korupsi masih berlaku, sehingga dirinya tidak dibolehkan memegang jabatan publik hingga April 2008.
Malaysia akan menggelar Pemilu pada 2009, namun kalangan oposisi sedang bersiap-siap untuk melakukan pemilu dini yang menurut beberapa anggota akan terlaksana pada Oktober atau Juni 2007 guna mencegah Anwar ikut dalam pemilu.
Para pejabat dalam partai politiknya mengatakan, Minggu, Anwar akan mencalonkan sebagai Ketua Partai Keadilan Rakyat, partai oposisi yang secara resmi dikelola oleh istrinya, Wan Azizah Wan Ismail.
PM Malaysia, Abdullah Ahmad Badawi, menggantikan Mahathir pada 2003, namun Anwar mengatakan pemimpin baru itu "telah mewarisi sebuah sistem, dan tampak tidak ingin mengubah sistem itu." (*)
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2007