Madrid (ANTARA News) - Puluhan ribu orang, Sabtu, melakukan unjukrasa di sejumlah kota-kota di Eropa untuk memprotes perang Irak menjelang peringatan empat tahun invasi Amerika Serikat. Demonstrasi terbesar terjadi di Spanyol, yang menurut pihak penyelenggara diikuti sekitar 400.000 orang di Madrid untuk memprotes intervensi AS di Irak pada 2003, yang pada saat itu didukung pemerintah Spanyol, namun ditentang sebagian besar penduduk Spanyol. Polisi Spanyol tidak memberi perkiraan jumlah demonstran itu. Demonstrasi di ibukota Spanyol itu menyusul sejumlah aksi serupa di AS dan seluruh Eropa, mulai dari Turki hingga Denmark, demikian laporan AFP. Pululuhan demonstran yang memakai warna oranye sebagaimana busana tersangka Muslim garis keras yang kini mendekam di penjara AS di Teluk Guantanamo melambai-lambaikan spanduk besar kepada ketua pengunjuk rasa di Madrid saat mereka hendak memulai aksi jalanan itu. Para demontran lainnya melambai-lambaikan poster yang mengecam Presiden AS, George W Bush dan mantan Perdana Menteri Spanyol, Jose Maria Aznar atas "kejahatan perang" dan menyeru kepada Bush dan Aznar serta Perdana Menteri Inggris Tony Blair agar meminta maaf atas penderitaan rakyat Irak. Rosa Regas, kepala Perpustakaan Umum Kota Madrid mengatakan perang itu telah menyebabkan Irak "kehilangan jati dirinya" dan menyebut konflik itu menandai "kegagalan besar kedua AS dalam sejarahnya" setelah Perang Vietnam. Media Spanyol mengatakan sekitar 1500 orang berkumpul di Barcelona, sementara ratusan lainnya unjuk rasa di beberapa kota termasuk Sevilla dan Granada. Unjuk rasa pada hari Sabtu itu lebih kecil dibanding empat tahun lalu, ketika Madrid dilanda gelombang protes oleh lebih dari satu juta orang pada 15 Februari 2003 menjelang invasi AS ke Irak. Di Turki, sekitar 6000 orang melakukan demonstrasi di Istanbul dengan meneriakkan: "Enyahlah AS" dan "Hentikan pendudukan". Mayoritas besar warga Turki menentang perang Irak itu, dan pada 2003 Turki menolak pasukan AS menggunakan wilayahnya untuk mencegah dibukanya pintu kedua di bagian utara negara itu. Unjuk rasa juga terjadi di kota Athena dan Salonika, Yunani dengan ratusan demonstran meneriakkan "Hentikan pendudukan AS di Irak". Di Denmark, ratusan demonstran menentang keterlibatan pemerintah Denmark dalam perang Irak. Mereka menyanyi, berpidato, dan membawa gitar di luar Kedubes AS di Kopenhagen, kata harian Politiken dalam edisi onlinenya. Denmark mengirim pasukan ke Irak pada Agustus 2003. Sebagian besar ditempatkan di selatan Kota Basra di bawah komando tentara Inggris. Perdana Menteri Anders Fogh Remussen mengumumkan bulan lalu bahwa negara Scandinavia itu akan menarik 460 pasukannya Agustus tahun ini. Mereka akan digantikan empat helikopter dan 50 orang. Di Nicosia, sekitar 300 demonstran menuju Kedutaan Besar AS bersama sejumlah politikus sayap kiri Eropa dan menggelar konferensi di Kota Cypriot. Rapat umum itu digelar oleh kelompok sayap kiri Dewan Perdamaian Pancyprian dengan pembicara utama adalah pemimpin partai komunis Akel, Demitris Christopias. Kepada massa Christopias berujar "Empat tahun sejak invasi ke Irak telah membuat semakin jelas sebagaimana kasus Afghanistan dan Yugoslavia bahwa slogan `Tatanan Dunia Baru` itu berarti tak lebih dari sekedar perang dan pertumpahan darah". AS menyerang Irak pada 20 Maret 2003. (*)

Copyright © ANTARA 2007