Gresik (ANTARA News) - Menteri Negara (Menneg) BUMN H Sugiharto dan Ketua Mahkamah Konstitusi (MK) Prof Dr Jimly Asshiddiqie, Minggu, menghadiri majelis zikir "Taubat Nasional" di halaman PT Semen Gresik Tbk, Jatim. Dalam majelis zikir yang dihadiri ratusan ribu jamaah thoriqot dari berbagai daerah di Jatim itu, Menneg BUMN dan Ketua MK tampak khusyu melantunkan zikir yang dipimpin KH Ach Fathul Arifin Al-Ishaqy dari Surabaya. Usai berzikir sejak pukul 08.00 WIB hingga pukul 12.00 WIB, Menneg BUMN dan Ketua MK menyampaikan sambutan mewakili umaro (pemerintah) dan disambung dengan ceramah dari ulama (tokoh agama) asal Tegal, Jawa Tengah, Habib Thohir Al-Kaff. Dalam sambutannya, Sugiharto dan Jimly Asshiddiqie meminta masyarakat Indonesia untuk menghadapi cobaan yang bertubi-tubi menimpa bangsa Indonesia dengan introspeksi, bersabar, dan banyak bersyukur. "Indonesia akhir-akhir ini memang diterpa berbagai cobaan, termasuk di dekat Gresik ada lumpur panas di Porong, Sidoarjo. Hal penting yang harus kita lakukan adalah dengan introspeksi, sejauh mana keimanan dan ketakwaan kita," ujar Sugiharto. Selain itu, katanya, bersyukur juga merupakan hal yang tak kalah pentingnya, sebab bencana alam merupakan akibat dari bangsa Indonesia tidak bersyukur atas karunia Tuhan berupa sumber daya alam. "Perilaku merusak lingkungan dan membabat hutan itu berarti kita tidak bersyukur, karena itu bencana alam pun menimpa kita. Namun menghadapi bencana yang datang itu hendaknya kita selalu bersabar," tegasnya. Senada dengan itu, Ketua MK Prof Jimly Asshiddiqie menilai, majelis zikir merupakan acara yang sangat penting untuk mengolah jiwa dan mengasah nurani, karena tidak semua masalah dapat diselesaikan dengan rasionalitas dan realitas. "Kita masih perlu berzikir di malam hari dan juga berzikir secara bersama-sama seperti sekarang ini, untuk sejenak melupakan kesibukan dan jabatan demi mengolah jiwa dan mengasah nurani. Apalagi kita dicoba dengan musibah dari darat, laut, dan udara," ungkapnya. Dalam menyikapi semua cobaan itu, zikir akan dapat membuat manusia tidak terjerumus menjadi manusia yang putus asa dengan bunuh diri atau terjerembab dalam kehinaan dan kemaksiatan. "Jadi, kita harus menyediakan waktu untuk berzikir, karena rasionalitas bukan segala-galanya. Apalagi kita juga dicoba dalam pemikiran, selera makan, selera berpakaian, hingga selera musik yang semuanya serba Barat," paparnya. Majelis Zikir juga dihadiri Prof Dr Sofyan Tsauri (mantan Ketua LIPI), Prof Dr H Mohammad Nuh DEA (komisaris PT Semen Gresik/rektor ITS Surabaya), Dirjen Migas Departemen ESDM Luluk Sumiarso, Direktur Hulu PT Pertamina Sukusen Sumarinda, dan sejumlah petinggi BUMN di Jatim.(*)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2007