Bandung (ANTARA News) - Wakil Ketua MPR E.E. Mangindaan menyatakan Pancasila adalah solusi Indonesia dalam menjawab tantangan dunia pada silaturahni Kebangsaan yang digelar MPR RI yang dihadiri ratusan mahasiswa Universitas Padjadjaran di Graha Sanusi, Unpada, Bandung, Selasa (31/5).

"Indonesia saat ini sedang menghadapi berbagai tantangan dan permasalahan yang begitu deras mengepung bangsa Indonesia dari segala arah dan segala aspek kehidupan masyatakat. Kita memiliki solusi dalam menghadapi itu semua yakni Pancasila," kata Mangindaan dalam pidato pembukaannya.

Silaturahmi dikemas dalam bentuk Seminar Ketatanegaraan bertema "Pancasila ideologi bangsaku, gotong royong semangat negeriku" dengan menampilkan narasumber Guru Besar Sosiologi Unpada Ganjar Kurnia dan Wali Kota Bandung Ridwan Kamil.

Menurut Mangindaan, tema diskusi itu sangat penting agar Pancasila dipelajari para pakar, "dan kemudian keluar pemikiran-pemikiran cerdas dan kemudian keluar solutif terbaik dari tantangan dan permasalahan bangsa."

Sementara itu, berbicara soal peringatan 1 Juni 1945 esok, Mangindaan mengatakan saat itu berlangsung peristiwa bersejarah.

"Ketika itu para pendiri negara bersidang di BPUPKI untuk merumuskan dasar negara Indonesia merdeka yang segera akan diwujudkan. Bung Karno kemudian mengeluarkan lima prinsip dasar kemudian dirumuskan dan menjadi Pancasila yang menjadi dasar negara Indonesia yang tercantum dalam alinea ke empat pembukaan UUD 1945," kata dia.

Dalam perjalananya hingga kini, kata Mangindaan, Pancasila sebagai dasar dan jiwa bangsa diterima seluruh rakyat Indonesia.

"Pancasila gampang sekali dicerna rakyat dikarenakan isi dari Pancasila tidak asing lagi buat rakyat karena memang merupakan jati diri bangsa sejak lama yang kemudian digali kembali. Pancasila sudah membuktikan selama ini telah melampaui ruang dan waktu menjadi perekat semua komponen bangsa dan merekatkan dan menjadi pemersatu semua anak bangsa yang sangat majemuk," ujarnya.

Mangindaan menegaskan bahwa Pancasila harus dipelajari terus, digali, dipahami dan dipraktikan karena Pancasila tidak berjiwa statis, melainkan sangat dinamis.

Untuk mencapai itu, sambung dia, butuh konsistensi masyarakat terutama pemimpin dan pejabat negara guna menjadikan Pancadila landasan berpikir dan membuat kebijakan untuk masyarakat.

Pewarta: Ida Nurcahyani
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2016