Jakarta (ANTARA News) - Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta, Kamis pagi, bergerak melemah sebesar 32 poin menjadi Rp13.693 dibandingkan posisi sebelumnya sebesar Rp13.661 per dolar AS.

"Sentimen dari lembaga pemeringkat Standard and Poor's (S&P) yang belum menaikkan peringkat Indonesia ke level layak investasi atau investment grade, menjadi salah satu penahan laju mata uang rupiah," kata Kepala Riset NH Korindo Securities Indonesia Reza Priyambada di Jakarta, Kamis.

Saat ini, ia mengemukakan bahwa S&P mempertahankan peringkat Indonesia pada level BB+ (double B plus) dengan outlook positif pada 1 Juni 2016.

Dalam siaran persnya, S&P menyebutkan peningkatan peringkat dimungkinkan apabila momentum perbaikan tata kelola kelembagaan, khususnya kerangka kebijakan fiskal, dapat menghasilkan pengeluaran pemerintah yang berkualitas, penurunan tren defisit fiskal, moderasi utang pemerintah dan terjaganya kewajiban kontijensi fiskal.

"Meski S&P belum menaikan peringkat Indonesia, namun level peringkat Indonesia masih bagus, apalagi pemerintah juga konsisten melakukan berbagai upaya reformasi struktural untuk mendorong pertumbuhan ekonomi," kata Reza Priyambada.

Ia memproyeksikan bahwa di tengah kondisi ekonomi nasional yang cukup kondusif, ruang penguatan mata uang rupiah terhadap dolar AS masih terbuka, pelaku pasar akan dapat memanfaatkan momentum dari optimisme dari pemerintah.

Analis Platon Niaga Berjangka Lukman Leong menambahkan bahwa potensi rupiah dapat kembali bergerak menguat juga seiring dengan komitmen pemerintah yang terus berupaya menjaga harga bahan pokok menjelang bulan puasa yang jatuh pada bulan Juni dan Lebaran pada bulan Juli 2016.

"Inflasi yang terkendali akan membuat laju rupiah menjadi stabil, bahkan cenderung menguat," katanya.

Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: Unggul Tri Ratomo
Copyright © ANTARA 2016