Bandung (ANTARA News) - Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) mengembangkan teknologi struktur baja bergelombang untuk membangun jembatan layang (flyover) yang diujicobakan di Bandung.

"Sebagai proyek percontohan, teknologi ini akan diujicobakan di Jembatan Layang Antapani, Bandung dan akan diikuti di kota-kota lainnya," kata Menteri PUPR, Basuki Hadimuljono saat pencanangan dimulainya pembangunan Jembatan Layang Antapani,di Bandung, Jumat.

Pencanangan tersebut juga dihadiri Plh Gubernur Jawa Barat Dedy Mizwar, Wali Kota Bandung Ridwan Kamil dan Kepala Balitbang Kementerian PUPR, Arie Setiadi Moerwanto, serta Kepala Pusjatan Herry Vaza dan pihak terkait lainnya.

Basuki menjelaskan, teknologi ini dikembangkan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbang) Kementerian PUPR.

"Saya juga sepakat dengan pernyataan Pak Ridwan Kamil bahwa inovasi adalah bekal untuk maju dan ini salah satu contohnya yakni pemanfaatan baja untuk pembangunan dan percepatan infrastruktur," katanya.

Ia pun menegaskan komitmennya untuk menggunakan teknologi tersebut dalam pembangunan jembatan layanng sebidang pada lintas kereta api.

"Saya minta, hingga akhir tahun ini ditambah untuk dimanfaatkan teknologi ini pada flyover lintas sebidang kereta api," katanya.

Ia mengatakan hingga saat ini terdapat 8000-an lebih perlintasan sebidang kereta api yang perlu dibangun dengan teknologi ini.

Jika nantinya akan masif dikembangkan di Indonesia, maka baja bergelombang harus diproduksi di Indonesia.

Hemat dan cepat

Pada bagian lain, Basuki mengakui, teknologi baja bergelombang sangat sesuai dengan program percepatan pembangunan infrastruktur karena selain biayanya lebih murah, juga lebih cepat.

"Dari segi biaya, tiga kali lebih murah ketimbang teknologi beton bertulang dan waktu pekerjaan yang hanya enam bulan, sedangkan beton bertulang perlu 12 bulan," katanya.

Pembangunan Jembatan Layang Antapani merupakan proyek kerja sama antara Pusjatan Balitbang Kementerian PUPR, Pemerintah Kota Bandung, dan Posco Steel Korea.

Dari total anggaran Rp33,5 miliar yang dibutuhkan untuk pembangunan, komposisinya Rp21,5 miliar berasal dari anggaran Pusjatan, Rp10 miliar dari Pemerintah Kota Bandung, dan Rp2 miliar dari Posco Steel Korea dalam bentuk komponen material.

Pewarta: Edy Sujatmiko
Editor: Heppy Ratna Sari
Copyright © ANTARA 2016