Padang (ANTARA News) - Bank Indonesia (BI) menyediakan dana khusus guna rekonstruksi dan penambahan modal bagi sejumlah unit usaha kecil dan menengah (UKM) di Sumbar yang rusak berat akibat gempa hebat berkekuatan 5,8 - 6,3 SR, guna membantu pemulihan sektor penggerak perekonomian utama itu. "Kita memberikan perhatian dan kebijakan khusus terkait upaya pemulihan sektor UKM yang krisis akibat bencana alam, seperti gempa bumi, banjir dan lainnya," kata Pimpinan Bank Indonesia Padang, C.Y Boestal, di Padang, Rabu. Dia mengungkapkan hal tersebut ketika diwawancarai usai diskusi umum dampak gempa Sumbar terhadap perekonomian khususnya sektor UKM yang banyak hancur akibat bencana itu. Menurut dia, sesuai kebijakan pusat setelah terjadinya gempa di Yogyakarta beberapa waktu lalu BI mengeluarkan peraturan BI Nomor 815 PBI tahun 2006 tentang pemberian keringanan kepada usaha yang tertimpa musibah. Dalam peraturan tersebut, diberikan kelonggaran kredit dan bantuan khusus selama tiga tahun bagi UKM yang terkena musibah itu, agar mereka dapat kembali pulih seperti semula. Kebijakan itu, kata dia, sebagai wujud kepedulian lembaga perbankan kepada sektor utama penggerak perekonomian yang telah terbukti bertahan dimasa krisis itu. Lebih lanjut dijelaskannya, guna memperoleh bantuan teknis itu, maka sejumlah UKM yang terkena gempa tersebut diharapkan menghubungi dinas perindustrian dan perdagangan setempat untuk dikaji kelayakan usahanya. "Kita sediakan dana itu dan bisa dimanfaatkan oleh UKM di Sumbar, seperti yang telah diberikan pada daerah bencana di Yogyakarta," jelasnya. Terkait besaran dana itu, kata dia, tergantung proposal yang diajukan oleh UKM dan pemerintah setempat. Khusus dampak gempa Sumbar, menurut Wakil Kepala Dinas, Perindustrian dan Perdagangan Sumbar, Busharmaidi, kerugian akibat kerusakan bangunan, hasil industri dan sejumlah peralatan di sektor UKM mencapai Rp866 juta, terparah terdapat di Kabupaten Agam dan Tanah Datar. "Kerugian yang diderita akibat kerusakan di sektor UKM pasca-gempa tersebut cukup besar mencapai Rp886 juta, belum termasuk nilai kerugian akibat tidak berproduksinya UKM tersebut hingga kini," katanya. Menurut dia, besar kerugian tersebut diderita dinilai dari kerusakan bangunan tempat berproduksi, mesin-mesin, maupun produksi yang belum dipasarkan. Dia mencontohkan kerusakan di sentra produksi batu bata di Kota Bukitinggi, banyak produknya yang baru setengah jadi hancur total akibat gempa tersebut sehingga sedikitnya 40 unit usahanya mengalami kerugian Rp2 juta hingga Rp10 juta. "Kerugian itu belum termasuk hancurnya ruang produksi, kerusakan tungku pembakar, bedeng, maupun mesin penggiling," katanya menambahkan. (*)

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2007