Jakarta (ANTARA News) - Gubernur DKI Jakarta, Sutiyoso, menyatakan bahwa konsorsium bank dalam negeri akan diajak untuk ikut serta dalam pembiayaan pembangunan proyek monorel yang selama ini rencananya akan dibiayai secara tunggal oleh konsorsium Dubai Islamic Bank (DIB). Berbicara di Jakarta, Rabu, Sutiyoso memaparkan ajakan itu berdasarkan saran dari Menko Perekonomian, Boediono, agar ada konsorsium bank dalam negeri yang ikut serta membiayai proyek bernilai 500 juta dolar Amerika Serikat (AS) tersebut. "Kalau saya, tidak menjadi masalah bila ada konsorsium dalam negeri yang bisa. Pimpinannya bisa saja BRI. Jadi, nanti kita akan kumpulkan mereka, dan akan kita tanya berapa kemampuan dalam negeri," katanya. Ketika ditanya pers mengenai alasan pemerintah pusat memberikan masukan tersebut, Sutiyoso memaparkan, karena ada sejumlah bank dalam negeri yang tertarik untuk ikut serta membiayai proyek tersebut, terlebih ada garansi dari pemerintah pusat dan daerah. "Saya sendiri menginginkan nilai pembiayaannya lebih besar dalam negeri. Namun saya belum tahu bagaimananya, kita lihat kemampuan mereka saja dulu. Bank DKI juga diharapkan dapat masuk ke dalam konsorsium ini," katanya. Sementara itu, Asisten Pembangunan Provinsi DKI Jakarta, Nurfakih Wirawan, mengemukakan, pemerintah pusat memberikan "support letter" (surat pernyataan dukungan) yang diterima oleh Pemprov DKI Jakarta pada awal pekan ini. "Surat ini keluar dua hari yang lalu, Menkeu yang mengeluarkannya, dan bank dalam negeri bisa ikut serta. Ini semata-mata murni bisnis," katanya. Dengan telah diterima "support letter" tersebut, Sutiyoso mengharapkan, pada April 2007 pengerjaan fisik proyek monorel dapat dilanjutkan dan diselesaikan sesuai rencana. "Bulan depan harus bisa berjalan karena ini barang yang ditunggu-tunggu sejak lama. Jadi, mereka pun tinggal mengucurkan saja," kata Sutiyoso, menanggapi dukungan dana dari DIB. Sementara itu, Direktur Operasional PT Jakarta Monorel (JM), Sukmawati Sjukur, dalam pesan singkatnya kepada wartawan memaparkan bahwa pihaknya baru menerima salinan "support letter" dari pemerintah pusat, dan akan membicarakan tindaklanjutnya dengan tim financial PT JM. "Yang jelas, kami memang berencana mengurangi 'exposure' pinjaman dolar, karena 'income'-nya nanti dalam rupiah, jadi sejalan dengan itu," katanya. Ia juga menyatakan, pihaknya berharap untuk dapat memanfaatkan pinjaman dalam bentuk rupiah. Pada 22 Desember 2006, Pemprov DKI Jakarta juga telah menerima salinan Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 103 tahun 2006 yang menyatakan bahwa pemerintah pusat akan menanggung 50 persen dari jaminan jumlah penumpang monorel sebesar 22,5 juta dolar AS bila dalam setahun jumlah penumpang kurang dari 160.000 orang. Melalui PT JM, dari pihak Dubai Islamic Bank sebagai calon investor untuk proyek Jakarta Monorel, meminta kepada pemerintah DKI Jakarta, untuk memberikan jamian resiko proyek bernilai 500 juta dolar AS. Jaminan yang diminta oleh JM dan Dubai Islamic Bank adalah berbentuk jaminan penumpang. Dalam perhitungan JM, rata-rata terendah jumlah penumpang mencapai 160.000 orang perhari. Jumlah itu adalah angka yang dapat mereka biayai untuk pembayaran pinjaman. Andai kata jumlah penumpang turun atau kurang dari jumlah itu, maka disebut "shortfall". JM meminta jaminan Pemerintah Pusat dan Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI sebesar 22,5 juta dolar AS per tahun selama lima tahun bila terjadi "shortfall". Dari jumlah itu bagian tanggungan Pemprov DKI diperkirakan mencapai 11,25 juta dolar AS dan itu adalah jumlah maksimum yang akan ditanggung oleh Pemprov DKI. Meski demikian keputusan itu tetap diatur oleh Pemerintah Pusat karena berkaitan dengan pinjaman luar negeri. Proyek monorel terdiri atas dua jalur yang disebut "blue line" dari Kampung Melayu, Jakarta Timur, sampai Roxy, Jakarta Barat, sepanjang 13,5 kilo meter dengan 11 stasiun pemberhentian, dan jalur "green line" yang melingkar dari Jalan Rasuna Said-Gatot Subroto-Sudirman Central Business District-Senayan-Pejompongan, dan kembali ke Rasuna Said (14,3 km) dengan 14 stasiun. PT JM mengklaim sebelumnya, monorel bisa diuji coba pada November 2006 sedangkan jalur "green line" selesai akhir 2007 dan "blue line" pada pertengahan 2008. (*)

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2007