Jakarta (ANTARA News) - Pemerintah Indonesia dalam sepuluh hingga 15 tahun ke depan belum akan membeli pesawat tempur baru mengingat keterbatasan anggaran dan kurangnya ancaman militer secara mencolok. "Dalam sepuluh hingga 15 tahun ke depan kita lebih banyak dihadapkan pada ancaman non-militer seperti bencana alam," kata Menteri Pertahanan (Menhan) Juwono Sudarsono pada seminar "Air Power 2007" di Jakarta, Rabu. Karena itu, kata dia, Indonesia akan lebih memfokuskan pengadaan moda transportasi di masing-masing angkatan, baik darat, laut maupun udara. "Sekitar 20 sampai 25 persen anggaran pertahanan yang ada akan dialokasikan bagi pengadaan pesawat tempur atau kapal perang (striking force), sedangkan sisanya diperuntukkan bagi pengadaan pesawat dan kapal angkut," ujarnya. Tentang perlunya pesawat dan kapal tempur untuk daya tangkal (detterrence), Juwono mengatakan pihaknya tidak bermaksud mengabaikan kekuatan pemukul sebagai bentuk daya tangkal. "Hingga 2009, kita akan melanjutkan pengadaan pesawat tempur Sukhoi hingga mencapai satu skuadron, sambil menghidupkan kembali pesawat-pesawat tempur buatan AS seperti F-16 dan F-5. Jadi, kita tetap pertahankan kekuatan pemukul sesuai dengan kemampuan anggaran negara yang ada," kata mantan Dubes RI untuk Inggris itu. Bagaimana pun, kehadiran sejumlah pesawat tempur seperti Sukhoi, F-16 dan F-5 sangat diperlukan untuk menjaga kesetaraan strategi pertahanan antara Indonesia dengan negara-negara lain, ucap Juwono. Pada kesempatan yang sama, Kepala Staf Angkatan Udara (Kasau) Marsekal Herman Prayitno menegaskan, pihaknya telah melakukan kajian ke beberapa negara seperti Ceko, Brazil, Korea Selatan dan Cina untuk pengadaan pesawat tempur baru pasca 2009. "Kajiannya masih kita lakukan, dan belum ada keputusan apa yang akan dibeli dan kapan. Yang jelas, pengadaan sejumlah pesawat baru itu akan dilakukan setelah 2009," katanya. Pengadaan beberapa pesawat termpur baru itu untuk menggantikan beberapa jenis pesawat TNI Angkatan Udara yang akan habis masa pakainya, seperti Bronco OV-10 dan MK-53. Sejumlah pilihan kini tengah dikaji seperti L-159 dari Cekoslovakia, Super Tucano dari Brazil, serta KT-1B dari Korea Selatan. Saat ini, Kepala Staf Umum TNI Letnan Jenderal Endang Suwarya dan rombongan tengah meninjau pabrik Aero di Ceko sebagai produsen pesawat latih tempur L-159 yang menjadi salah satu alternatif pesawat baru yang akan dibeli Indonesia.(*)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2007