Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan laba bersih, selain penurunan harga pupuk, juga flutuasi nilai tukar rupiah, pasokan gas,"
Jakarta (ANTARA News) - PT Pupuk Indonesia Holding Company (PIHC) memperkirakan pertumbuhan laba bersih perusahaan pada tahun 2016 akan tersendat menyusul penurunan harga pupuk dan amoniak di pasar internasional.

"Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan laba bersih, selain penurunan harga pupuk, juga flutuasi nilai tukar rupiah, pasokan gas," kata GM Keuangan Korporat & Perbendaharaan Pupuk Indonesia, Rochan Syamsul, di Jakarta, Senin.

Menurut Rochan, sampai dengan April 2016 laba bersih mencapai Rp1,7 triliun, sehingga jika dikali tiga atau dalam setahun akan mencapai Rp5,1 triliun, naik dibanding target perseroan dalam Rencana Kerja Anggaran Perusahaan (RKAP) 2016 sebesar Rp5,05 trilun.

"Ada kenaikan laba bersih, namun pertumbuhannya sangat tipis sekitar 1,79 persen," katanya.

Ia menjelaskan, sampai dengan April 2016 harga pupuk urea di pasar internasional berkisar 220 dolar AS per ton, lebih rendah dari yang diasumsikan sebesar 290 dolar AS per ton, demikian juga dengan harga amoniak diluar perkiraan yang ikut merosot.

"Penurunan harga pupuk jika masih berlanjut, tentu kami akan berpikir untuk mengusulkan revisi laba kepada pemegang saham," katanya.

Meski pertumbuhan laba tergerus, namun pada tahun 2016 perusahaan menargetkan total pendapatan sekitar Rp77,85 triliun, meningkat 17,95 persen dibandin pendapatan tahun 2015 sebesar Rp66 triliun. Sementara sampai dengan April 2106, pendapatan sudah mencapai Rp21,74 triliun.

Pupuk Indonesia memproduksi pupuk jenis Urea, NPK, SP36, ZA dan Organik, serta amoniak sebagai produk sampingan.

Sampai dengan April 2016, produksi terbesar adalah urea yang mencapai 2,24 juta ton, NPK 1 juta ton, ZA 225.311 ton dan SP-36 mencapai 154.265 ton serta produksi amoniak adalah 1.852.696 ton.

Adapun penjualan pupuk subsidi (public service obligation/PSO) mencapai 2,99 juta ton dengan rincian urea 1,24 juta ton, NPK 869.773 ton, SP36 346.961 ton, ZA 324.243 ton, dan pupuk organik 214.617 ton.

Sedangkan untuk sektor perkebunan dan industri mencapai 475.763 ton. Untuk penjualan ekspor produk pupuk mencapai 200.989 ton.

Untuk mengawal program Pemerintah dalam rangka ketahanan pangan nasional, Pupuk Indonesi memiliki stok pupuk yang tersedia hinggi lini III (gudang pupuk tingkat kabupaten) sebesar 1,96 juta ton. Terdiri atas pupuk urea sebesar 1,05 juta ton, pupuk NPK 560.87 ton, pupuk SP-36 97.471 ton, pupuk ZA 145.18 ton dan dan pupuk organik sebanyak 105.353 ton.

"Dengan begitu stok pupuk nasional mencukupi, atau tingkatan ketersediaan pupuk aman hingga dua bulan kedepannya," katanya.

(R017)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2016