Paris (ANTARA News) - Ribuan demonstran yang diangkut dalam ratusan bus dari seluruh Prancis berkumpul di Paris pada Selasa memprotes wacana pemerintah mengubah aturan tenaga kerja yang akan memudahkan proses penerimaan dan pemutusan hubungan kerja.

Polisi telah berulang kali bentrok dengan para pendemo muda dalam sejumlah aksi unjuk rasa beberapa pekan terakhir.

Meski aksi mogok di sejumlah sektor publik sempat berkurang, demonstrasi di Paris merupakan ajang unjuk rasa terbesar yang akan dilakukan selama tiga bulan, kata serikat pekerja CGT.

"Ini bukan akhir," kata ketua CGT Philippe Martinez seraya menegaskan, "perjuangan ini belum usai."

CGT yang didukung sejumlah serikat pekerja kecil dalam aksi protesnya berbeda pendapat dengan serikat pekerja besar lain yang justru mendukung rencana perubahan regulasi tersebut.

Dalam perubahan itu, perusahaan dimungkinkan dapat lebih banyak mengatur urusan gaji dan aturan bekerja.

Sekitar 700 bus dipakai mengangkut pendemo yang berunjuk rasa melewati pusat kota pada sore hari, kata Martinez.

Para pekerja di perusahaan kereta api milik pemerintah SNCF juga ikut mogok kerja.

Namun, kejadian sebelumnya pada dua pekan lalu pada tahun ini dianggap lebih besar dari aksi mogok itu.

SNCF menyatakan, 90 persen koneksi berkecepatan tinggi beroperasi, dan layanan lain juga bekerja hingga 70 persen.

Pengemudi taksi turut bergabung dalam aksi protes menentang layanan "taksi dalam jaringan" yang belum diatur hukum hingga menyebabkan kemacetan di sisi barat ibu kota.

Serikat pekerja CGT dan Force Ouvriere menegaskan, perubahan regulasi itu dapat membahayakan standar perlindungan tenaga kerja.

Pemerintah dan serikat pekerja lainnya, CFDT, di sisi lain, berdalih aturan itu akan mengurangi angka pengangguran hingga sepuluh persen serta membantu pengembangan representasi tenaga kerja di tingkat akar rumput.

Pasalnya, tingkat pengangguran angkatan muda di negara itu mencapai 24 persen.

"Ini saat yang tepat untuk tenang sejenak," bujuk ketua serikat pekerja pro-perubahan CFDT, Laurent Berger.

Tingkat keanggotaan serikat pekerja di Prancis merupakan yang terendah di kawasan Eropa, yaitu kurang dari sepuluh persen dari seluruh angkatan kerja.

Akan tetapi, serikat itu tetap memiliki pengaruh karena negosiasi atas tenaga kerja berlaku bagi tiap pekerja di seluruh sektor.

Pemerintahan sosialis Hollande menolak pembatalan rancangan perubahan regulasi itu.

Bahkan, rancangan aturan itu dijadwalkan untuk dibahas di senat pada Selasa, walaupun sebelumnya pemerintah melalui majelis rendah di parlemen telah membuat surat ketetapan sementara.

Harapan pemerintah draf itu akan menjadi hukum berkekuatan tetap pada Juli.

Jajak pendapat terkait isu itu memperlihatkan sekitar 80 persen penduduk kurang sepakat dengan perubahan yang telah diperdebatkan sejak Maret.

Namun, jajak pendapat itu turut menunjukkan, gerakan protes tampak tidak lagi didukung mayoritas rakyat Perancis.

Demonstrasi pada Selasa itu terjadi saat kepolisian tengah sibuk mengamankan turnamen sepak bola Liga Eropa yang berlangsung selama satu bulan.

Prancis masih dalam masa penjagaan maksimum mengingat insiden mematikan dari kelompok garis keras telah mengorbankan 130 jiwa pada November lalu, demikian Reuters melaporkan.

(Uu. KR-GNT)

Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2016