Tulungagung (ANTARA News) - Perajin busana muslim berbahan kain sarung cacat produksi di Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur mengeluhkan sulitnya mencari bahan baku yang membuat banyak pesanan tidak tergarap.

"Bulan ini kami pesan 20 kodi saja cuma diberi 10 kodi. Padahal saat Ramadhan dan jelang Lebaran seperti ini permintaan meningkat," tutur perajin sekaligus pengusaha konveksi khusus busana muslim berbahan kain sarung cacat produksi di Desa Majan, Tulungagung, Rabu.

Konsekuensinya, kata dia, sebagian pesanan terpaksa ia tolak. Produksi baju taqwa atau busana muslim khusus pria baru akan ditingkatkan saat pasokan bahan baku yang secara khusus diambil dari salah satu produsen sarung di Gresik datang sesuai pengajuan mereka.

"Semoga pekan depan datang lagi kekurangan DO (delivery order/permintaan pengiriman) kami, termasuk untuk yang penambahan," ujarnya.

Baju koko atau baju taqwa berbahan kain sarung cacat produksi hasil kreatifitas Zaenal Arifin baru berjalan sekitar tiga bulan.

Kendati usahanya tergolong masih muda, Zaenal mengaku baju taqwa atau koko hasil kreasinya banyak diminati pembeli maupun distributor/pedagang konveksi.

Tidak hanya memenuhi permintaan pasar Tulungagung, Zaenal mengaku baju muslim buatannya juga dikirim ke sejumlah daerah di Jatim, seperti Banyuwangi, Jember, Lumajang, Malang, Kediri dan Blitar.

"Sehari biasanya kami bisa memproduksi 200-an baju koko bahan sarung. Namun seiring meningkatnya permintaan sejak jelang Ramadhan kemarin volume produksi ditingkatkan hingga kisaran 300 potong per hari," tuturnya.

Dalam kurun waktu empat bulan, Zaenal mengaku sudah meraup untung hingga ratusan juta.

Pembelian bahan baku kain sarung dari pabrik, setiap kodi dengan isi 20 biji kain sarung didapat dengan harga Rp700 ribu per kodi.

Selama empat bulan terakhir, dirinya sudah memproduksi sekitar 19.000 baju taqwa dari kain sarung.

"Saya mulai mencoba pembuatan baju taqwa dari kain sarung sejak empat bulan terakhir, ini inspirasi dari istri saya yang sebelumnya membuat baju gamis dari bahan kain sarung," tuturnya.

Pewarta: Destyan HS
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2016