Jakarta,  (ANTARA News) - Kurs rupiah terhadap dolar AS di pasar spot antar bank Jakarta, Rabu menguat 100 poin menjadi Rp10.800/10.900 per dolar AS dibanding penutupan hari sebelumnya Rp10.900/11.000 setelah Menkeu Sri Mulyani menyatakan pertumbuhan ekonomi 2008 masih di atas angka 6 persen.

Pertumbuhan ekonomi sebesar itu lebih baik dibanding negara-negara lain di Asia, kecuali Cina dan India sehingga mendorong pelaku pasar membeli rupiah ketimbang dolar, kata Direktur Utama PT Financorpindo Nusa, Edwin Sinaga di Jakarta, Rabu.

Karena itu, menurut dia kenaikan rupiah yang terus menjauhi angka Rp11.000 per dolar AS dinilai wajar yang dipicu oleh indikator ekonomi nasional.

"Kami optimis rupiah akan bisa bergerak naik mendekati angka Rp10.500 per dolar AS, apabila tidak ada faktor lain yang menghambat," ujarnya.

Ke depan, lanjut dia pemerintah juga mengeluarkan paket stimulus seperti stimulus fiskal dalam upaya meningkatkan pendapatan dari pajak.

Stimulus fiskal ini cukup baik untuk meningkatkan pendapatan, namun yang dikhawatirkan saat ini gejolak harga minyak mentah dunia yang kembali menguat, katanya.

Menurut dia harga minyak mentah seperti Brent oil kini sudah mencapai 51 dolar AS per barel yang dikhawatirkan akan terus meningkat.

Kalau kenaikan ini terus terjadi maka akan membuat subsidi pemerintah kembali meningkat, ucapnya.

Ia menilai untuk saat ini posisi rupiah cukup aman dibawah angka Rp11.000 per dolar AS, apalagi Bank Indonesia (BI) terus memantau perdagangan valas antar bank asing.

Apalagi pemerintah juga akan mengucurkan dana sebesar Rp50 triliun yang akan disalurkan ke Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) dalam upaya mendorong pertumbuhan ekonomi tetap tinggi.

Meski diperkirakan pertumbuhan ekonomi nasional pada tahun 2009 akan mencapai 4,5 persen turun tajam dibanding tahun lalu yang masih di atas 6 persen, katanya.(*)

Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2009