Semarang (ANTARA News) - Guru besar Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro Semarang, Prof.Dr.dr. Sugiri, Sp.P.D.,Sp.J.P., menyarankan masyarakat memperbaiki pola hidup untuk mengurangi risiko terkena penyakit jantung. "Korelasi antara gaya hidup dengan serangan jantung dapat melalui faktor risiko akibat gaya hidup maupun faktor risiko yang dipengaruhi gaya hidup," katanya di Semarang, Senin. Menurut Sugiri yang akhir pekan lalu dikukuhkan menjadi guru besar Fakultas Kedokteran Undip, faktor risiko akibat gaya hidup di dalamnya termasuk kebiasaan merokok, kurang bergerak, stres, pola makan tidak sehat, dan kebiasaan menenggak minuman beralkohol. Faktor risiko yang dipengaruhi gaya hidup, menurut dia, antara lain diabetes mellitus atau penyakit kencing manis, kegemukan (obesitas), dan tekanan darah tinggi. Ia mengemukakan, karena penyebab penyakit jantung cukup kompleks, maka untuk mengubah gaya hidup lebih sehat harus ditangani secara multidisiplin, terutama dari kemauan hidup lebih sehat dari pihak yang bersangkutan. Sejak abad 20, ia menilai, penyakit jantung telah menggantikan posisi penyakit TBC sebagai penyakit epidemi di negara-negara maju, terutama pada kaum pria. "Di antara penyakit jantung, serangan jantung (infark miokard akut) merupakan jenis serangan paling berbahaya dan menyebabkan angka kematian paling tinggi," katanya. Mengingat penyakit jantung sangat berbahaya dan pengobatannya membutuhkan banyak biaya, menurut Sugiri, cara terbaik yaitu menghindari faktor-faktor yang jadi pemicu penyakit mematikan tersebut. "Kalau orang masih pada usia `golden life` atau produktif, mau tidak mau kalau sakit jantung ya harus diobati, meski biayanya mahal. Sekali berobat bisa mencapai Rp4 juta," katanya. Guna mengurangi kemungkinan mendapat serangan jantung, menurut dia, setiap orang harus menerapkan pola dan gaya hidup sehat dengan menghindari rokok dan menjauhkan diri dari minuman beralkohol. Selain itu, katanya, secara teratur harus melakukan aktivitas fisik sehingga antara kalori yang dikonsumsi dengan energi yang keluar relatif seimbang. Upaya lain, katanya, harus bisa mengendalikan emosi dan menghindari kegiatan-kegiatan yang menegangkan. Dari sisi asupan makanan, katanya, harus memiliki kemauan kuat untuk menghindari jenis makanan yang banyak mengandung lemak dan berkalori tinggi. "Perbanyak makanan berserat dan membatasi asupan kalori," katanya. Karena faktor obesitas juga meningkatkan risiko terkena penyakit jantung, ia menyarankan, setiap orang harus mampu mengendalikan berat badannya. "Membatasi konsumsi garam juga amat baik untuk mengurangi risiko penyakit jantung," katanya menambahkan. (*)

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2007