Balikpapan (ANTARA News) - Masyarakat Kalimantan mengeluhkan langkanya bahan bakar elpiji dalam sebulan terakhir, kalau pun ada harganya sedikit lebih mahal dibanding biasanya. Kepala Hubungan Pemerintah dan Masyarakat (Hupmas) Pertamina Unit Pemasaran (UPMS) VI Kalimantan, Bambang Irianto, ketika dikonfirmasi Senin pagi menyatakan, kelangkaan elpiji di wilayah itu terjadi karena terganggunya pasokan terkait adanya perbaikan kilang minyak di Unit Pengelolaan (UP) V Balikpapan. "Jadi kami mohon maaf kepada masyarakat di wilayah ini," katanya. Warga Kalimantan mengeluhkan kelangkaan elpiji sudah sejak sebulan terakhir, meskipun ada harga per tabung kemasan 12 kilogram mencapai Rp61.000 dari biasanya yang hanya Rp56.000. Menurut Irianto, perbaikan besar kilang Pertamina (Turn Around/TA) itu tidak bisa dihindari karena untuk menjaga kehandalan kinerja kilang. Kilang Pertamina Balikpapan yang dibangun pada 1983 merupakan unit pengolahan bahan bakar minyak (BBM) dan gas yang selama ini didistribusikan untuk memenuhi kebutuhan di Kalimantan, yakni Kalimantan timur, Kalimantan Tengah dan Kalimantan Selatan. "Karena TA, produksi Pertamina tak normal. Namun, Pertamina tetap menjaga pasokan dengan menyiapkan persediaan elpiji untuk sekitar dua bulan," katanya. Apabila dalam keadaan normal, kata dia, pasokan produksi dari Pertamina UP V sebesar 110 metrik ton perhari, kini dalam masa TA, pasokan turun menjadi 90 metrik ton per hari. "Distribusi kita tidak ada masalah. Yang bermasalah persediaan," tandasnya Mengenai antisipasi kelangkaan elpji di Kalimantan, maka pada awal April, Pertamina UPMS VI akan mendapat pasokan gas sekira 5.000 tabung dari Pertamina Surabaya. Kegiatan TA sampai awal April TA masih berlangsung, pekerjaan TA ini dimulai pada 25 Februari 2007 dengan waktu pengerjaan 50 hari. Dipastikan 12 agen di Kaltim, Kalteng dan Kalsel akan terbantu oleh pasokan dari Surabaya itu. Mengenai naiknya harga elpiji belakangan ini, kata dia, itu hanyalah permainan di tingkat pengecer dan dibutuhkan kerjasama dengan pihak-pihak terkait untuk memantaunya.(*)

Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2007