Way Canguk-Lampung Barat (ANTARA News) - Para peneliti dan tim survai satwa liar dari Wildlife Coservation Society-Indonesia Program (WCS-IP) di Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS) di Lampung Barat, berhasil menemukan seekor burung Tokhtor Sumatera yang telah dianggap punah di dunia. Menurut Kepala Stasiun Penelitian dan Pelatihan Konservasi Way Canguk di TNBBS, Meyner Nusalawo, Minggu, penemuan kembali burung Tokhtor Sumatera itu (Carpoccocyx viridis/Sumatran Ground-Cuckoo) merupakan kejutan bagi penelitian dan konservasi satwa liar dunia karena sudah sekitar satu abad tidak diketahui keberadaannya. Menurut Meyner, seekor Tokhtor Sumatera itu dijumpai peneliti dan tim survai WCS-IP di Way Canguk pada pertengahan Januari 2007, saat melakukan survai dan mendata di daerah Pasar Liwa--ibukota Lampung Barat. Burung sangat langka tersebut ditemukan di rumah seorang penampung burung dengan kondisi salah satu kakinya cedera bekas terkena jerat burung. Burung tersebut kini direlokasi sementara ke Stasiun Penelitian Way Canguk untuk direhabilitasi sampai kondisi kakinya sembuh dan dapat dilepaskan kembali ke alam atau habitatnya. "Saat itu, kami melihat burung tersebut baru saja tertangkap dan kondisi badannya yang masih segar serta tidak mengalami stress, tidak terlihat bulu bulu yang rontok ataupun perilakunya yang memperlihatkan tanda-tanda stres," kata Meyner pula. Burung Tokhtor Sumatera memiliki ukuran tubuh besar (60 cm) dengan ekor yang panjang dan berwarna gelap, mandibula bagian atas berwarna hijau coklat kehitaman, mandibula bagian bawah berwarna hijau muda, di sekitar mata berwarna ungu, di sekitar leher berwarna merah, di sekitar bawah paruh berwarna coklat hitam, di tenggorokan dan di atas dada berwarna kecoklat-coklatan (Zetra et al, 2002). Suaranya keras (tock-tor), dengan nada awal temponya tinggi, nada kedua temponya turun. Suara tokhtor terdengar merdu semerdu suara tekukur atau takur, mirip suara Engggang Jambul. Meyner menjelaskan, pola makan burung yang ditemukan itu cukup baik, dapat dapat menghabiskan sampai 20 ekor jangkrik besar (gangsir dalam bahasa Jawa) dan 4--5 ekor kadal dalam satu hari. Menurut Meyner, penemuan kembali Tokhtor Sumatera itu akan menjadi perhatian sendiri bagi masyarakat pencinta konservasi tidak hanya di Indonesia, bahkan dunia.(*)

Editor: Heru Purwanto
Copyright © ANTARA 2007