New York (ANTARA News) - Angola mengalami wabah terburuk demam kuning dalam 30 tahun terakhir dengan 350 kematian sejak Desember lalu, menurut Federasi Palang Merah dan Bulan Sabit Merah Internasional (IFRC), Rabu, saat meluncurkan seruan untuk penggalangan dana darurat.

Dengan epidemi demam kuning berlangsung di negara tetangganya, Republik Demokratik Kongo, otoritas kesehatan masyarakat telah berjuang untuk menjaga agar penyakit itu tidak menyebar di Angola.

Demam kuning, virus yang dibawa nyamuk, menyebabkan tingkat kematian setinggi 75 persen dalam kasus-kasus serius tapi transmisi dapat dicegah dengan vaksin.

Demam kuning telah menewaskan 356 orang di Angola dan menginfeksi lebih dari 3.400 orang sejak akhir tahun lalu, menurut data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan pemerintah Angola yang dikutip IFRC.

Di Republik Demokratik Kongo (DRC), yang berbagi perbatasan di timur laut dengan Angola, kasus yang dicurigai berjumlah sekitar 1.307 dan jumlah kematian mencapai 75 per akhir Juni, menurut WHO.

Pihak berwenang Kongo menyatakan epidemi demam kuning terjadi di ibu kota dan dua provinsi bulan lalu.

WHO mengatakan pada akhir Juni bahwa organisasi itu meningkatkan upaya untuk memerangi wabah dengan meluncurkan kampanye vaksinasi darurat pada bulan Juli di sepanjang perbatasan antara Angola dan DRC, serta di ibu kota Kongo, Kinshasa. Namun, upaya untuk memvaksinasi penduduk di kedua negara itu telah terhambat oleh tantangan logistik, termasuk kekurangan vaksin demam kuning.

Di Angola, kecurigaan tentang efektivitas vaksin dibandingkan obat tradisional menjadi rintangan lain, kata juru bicara IFRC Camelia Marinescu kepada Thomson Reuters Foundation melalui telepon dari ibu kota negara itu, Luanda.

"Orang-orang menggunakan obat nabati tradisional yang, jika dikaitkan dengan demam kuning, lebih berbahaya daripada baik," kata Marinescu.

"Konsekuensinya... dapat mematikan."

Dalam upaya untuk menghilangkan mitos, staf IFRC dan relawan telah membantu Palang Merah Angola dengan kunjungan rumah ke rumah dan menargetkan media negara Afrika bagian selatan itu untuk meningkatkan kesadaran tentang penyakit ini, kata IFRC.

"Pesan dari penggerak komunitas kami (adalah) dengan cepat pergi ke pusat kesehatan terdekat atau rumah sakit," kata Marinescu.

Lebih dari 11 juta vaksin demam kuning telah diberikan di Angola antara 5 Desember 2015 dan 5 Juli 2016, katanya.

Meski begitu, dugaan kasus demam kuning telah dilaporkan terjadi di 18 provinsi Angola, kata IFRC saat meluncurkan permohonan 1,4 juta franc Swiss ($ 1,4 juta dolar) untuk mendanai pekerjaan guna membantu membendung wabah di negeri itu. Demikian laporan Thomson Reuters Foundation.

(Uu.G003/T008)

Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2016